Slider

Blog Archive

Powered by Blogger.
Latest Post

Di Hadapan Politisi Anis Matta Bicara Relasi Agama dan Negara

Written By @Adimin on Wednesday, June 24, 2015 | 2:15 AM

JAKARTA (23/6) - Hari ini milyaran Umat Islam di dunia menjalankan ibadah puasa walau tidak ada satupun undang-undang yang memaksa, tidak ada satupun negara yang mewajibkan warganya untuk berpuasa, tidak ada polisi yang ditugaskan untuk mengawasi orang-orang yang tidak berpuasa. Mengapa hal demikian bisa terjadi?
Pertanyaan itu dilontarkan oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta ketika mengawali ceramahnya dalam kegiatan buka puasa bersama yang digelar oleh Aburizal Bakrie di Grand Ballroom Shangri-La Hotel, Ahad (21/06). Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah politisi lainnya.
“Agama memiliki wibawa spiritual yang hidup dalam hati manusia yang tidak dimiliki oleh negara. Karena itu, ada atau tidak ada negara, agama tetap akan dijalankan oleh manusia,” terangnya.
Anis menekankan bahwa perbedaan paling fundamental antara agama dan negara adalah sisi manusia yang mereka atur. Agama memandang manusia secara individu sedangkan negara memandang manusia dalam bentuk kelompok.
“Agama masuk kedalam kehidupan individu, mengintegrasikan tujuan hidup individu dengan kelompoknya, sementara negara tidak pernah peduli pada urusan manusia sebagai individu. Ini yang menjadi penyebab mengapa agama lebih abadi dibanding negara, bagaimana imperium dan negara bisa hilang silih berganti, namun pemeluk agama justru semakin bertambah,” ujarnya.
Meskipun demikian, lanjut Anis, negara tetap memiliki peran dalam kehidupan beragama seseorang. Negara punya peranan penting dalam mendekatkan individu pada agama, yakni dengan cara memberi kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama tanpa rasa takut, serta menjamin kesejahteraan warganya.
“Kesejahteraan memang tidak serta merta mendekatkan manusia pada agama, namun dengan kesejahteraan, manusia akan mampu berfikir tentang kebutuhannya sebagai individu, jauh melampaui kebutuhan secara fisik," katanya.
Menurut Anis, kesejahteraan tidak akan pernah terjadi jika kebutuhan dasar manusia (sandang dan pangan) tidak terpenuhi,” tegasnya sambil menambahkan bahwa kemiskinan bisa mendekatkan manusia pada kekufuran.
Pada kesempatan itu, Anis juga menyampaikan sebuah analisa tentang fenomena gaya hidup penduduk Eropa saat ini yang seolah semakin kehilangan arah.
”Penduduk Eropa saat ini mulai kehilangan tujuan hidup, dan tujuan hidup ini tidak bisa dijelaskan oleh negara,” pungkasnya.
Sumber: http://www.anismatta.net


posted by @Adimin

Didatangi Walikota Padang saat Sahur, Warga Terharu

Written By @Adimin on Monday, June 22, 2015 | 1:10 AM

walikota-padang-mahyeldi-singgah-sahur
Program “Singgah Sahur” yang dilakukan Walikota Padang, Sumatera Barat, Mahyeldi Ansyarullah, setiap Bulan Ramadhan dengan mendatangi rumah warga miskin, secara diam-diam tanpa pemberitahuan, masih dilanjutkan pada Ramadhan 1436H tahun ini.

Dalam aksi itu, didalam rumah warga, sang wali Kota makan sahur bersama dengan nasi bungkus yang ia bawa, sambil berbincang-bincang dan mendengar aspirasi. Kemudian, dia memberikan bantuan bedah rumah.

Seperti dilansir vivanews, untuk menuju rumah warga miskin agar bisa ikut makan sahur bersama, Mahyeldi harus berjalan kaki menyusuri jalan kampung. Dari jalan raya, Mahyeldi dan rombongan berjalan di pinggiran sungai dan pematang sawah. Rombongan ini akan melakukan sahur bersama dengan masyarakat dari keluarga miskin.

Mahyeldi ingin mengetahui bagaimana kondisi warganya di saat bulan Ramadhan, sembari menyerap aspirasi mereka.

Sesampai di salah satu rumah di kampung Tabek Batu, kelurahan Air Pacah, kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Mahyeldi langsung menemui keluarga tersebut. Tak ayal lagi, Syafril Rajo Basa dan istrinya kaget bukan kepalang karena di pagi buta, Wali Kota Padang datang ke rumahnya.

Awalnya, istri dan anak anak Syafril bingung, kenapa rombongan wali kota mendatangi rumahnya. Setelah diberi penjelasan, mereka sangat senang dan terharu bisa sahur bersama dengan orang nomor satu di kota Padang tersebut.

Makan sahur dengan nasi bungkus pun berjalan dengan khidmat. Tampak anak-anak Syafril dengan lahap makan dengan nasi bawaan Mahyeldi. Usai makan, Mahyeldi langsung menyampaikan rencana bedah rumah yang akan dilakukan di rumah Syafril tersebut, mengingat kondisi rumah yang sudah tidak layak.

Mahyeldi mengatakan, selama Ramadhan tahun ini terdapat 12 rumah keluarga miskin yang akan dikunjungi untuk dilakukan makan sahur bersama, sekaligus survei dalam rangka memberikan bantuan bedah rumah.

Perlu diketahui, program “Singgah Sahur” yang dilakukan oleh Walikota Padang ini tahun lalu sempat menjadi buah bibir.

Pasalnya, program tersebut terbilang tidak lazim dilakukan terutama ketika yang melakukannya adalah pejabat sekelas walikota. Apalagi, kegiatan sahur tersebut tidak dilakukan di rumah dinas atau hotel, tetapi datang langsung ke pemukiman warga tidak mampu yang ada di seantero Kota Padang. [viva/islamedia/YL] 

posted by @Adimin

Pentingnya Menuntut Ilmu

Written By @Adimin on Friday, June 19, 2015 | 7:49 PM


Majelis ilmu itu adalah majelis yang memudahkan jalan ke surga. Menuntut ilmu hukumnya wajib baik bagi laki-laki maupun perempuan. Ilmu akan menuntut untuk membentuk akhlak yang mulia. Allah sangat memuliakan orang yang berilmu. Dengan ilmu kita bisa melaksanakan amal ibadah dengan sempurna. Ada sebuah istilah yang mengungkapkan “tidak sempurnanya kewajiban karena sesuatu, maka sesuatu itu menjadi wajib” sesuatu itu diartikan dengan ilmu, di mana sebuah kegiatan wajib, tidak akan sempurna tanpa mengetahui ilmunya. Contoh: Shalat merupakan ibadah wajib yang harus dilakukan oleh umat Islam. Shalat mempunyai rukun dan syarat sah shalat yang wajib dipenuhi oleh setiap orang yang mendirikan shalat. Maka agar shalat menjadi sempurna, rukun shalat, syarat sah shalat, dan ilmu mengenai tata cara shalat wajib dipelajari, sehingga kewajiban untuk melaksanakan shalat bisa dilakukan dengan baik sesuai ilmunya.

Ilmu menjadi konteks utama dalam suatu peradaban. Contohnya: Nabi Adam AS lebih dimuliakan dibanding malaikat karena ilmu yang dimilikinya. Allah mengajarkan nama-nama benda kepada Nabi Adam sehingga ia bisa menjawab benda-benda yang diperintahkan oleh Allah untuk menyebutnya, sementara malaikat tidak bisa menyebut nama-nama benda itu. Dengan ketinggian ilmu yang dimiliki oleh nabi Adam, Allah menyuruh malaikat untuk memuliakan Nabi Adam dengan bersujud kepadanya. Ini membuktikan bahwa Allah memuliakan orang-orang yang berilmu. Peristiwa ini diabadikan oleh Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 31-35.

Sebelum Rasulullah hadir di muka bumi, manusia berada pada masa kejahaliyaan. Hidup manusia berada pada kondisi yang suram. Banyak terjadi pembunuhan terhadap anak perempuan, minum-minuman, khamar, perendahan terhadap kaum wanita, menyembah berhala, dan lain sebagainya. Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menyempurnakan akhlak manusia. Dalam pengangkatan Nabi Muhammad menjadi nabi, ayat yang pertama diturunkan adalah QS. Al-‘alaq ayat 1-5. Ayat pertama artinya “bacalah”, di mana malaikat Jibril memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk membaca. Hal ini menunjukkan betapa Islam sangat mendorong manusia untuk menuntut ilmu.

Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu, sesuai dengan firman-Nya dalam QS. Al-Mujaadilah ayat 11:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, nisacaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Barangsiapa yang keluar meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu maka ia akan berada di jalan Allah asalkan niatnya untuk mencari keridhaan Allah. Jadi jelaslah bahwa setiap muslim wajib untuk menuntut ilmu karena ilmu sangat penting untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.


dakwatuna
 


posted by @Adimin

3 Kader PKS Raih WTP di Sumatera Barat

Written By @Adimin on Thursday, June 18, 2015 | 8:54 PM

PADANG (18/6) - Hasil menggembirakan diraih oleh 3 kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menjadi Kepala Daerah di Sumatera Barat. 3 kader PKS raih WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK RI atas Laporan Kauangan dan Aset pada tahun 2014.
3 kader PKS raih WTP diantaranya Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat; Mahyeldi Ansharullah, Walikota Padang; dan Riza Falepi, Walikota Payakumbuh.
Untuk Padang dan Payakumbuh, raihan WTP masih dengan adanya paragraf penjelasan dimana masih ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki, seperti laporan keuangan dan aset pemeirntah.
Namun berbeda dengan Irwan Prayitno, Gubernur Sumatera Barat yang berhasil meraih WTP Penuh tanpa ada catatan dan paragraf. Dimana 2 tahun sebelumnya Provinsi Sumatera Barat juga meraih WTP namun masih memiliki catatan dan paragraf.
Ini adalah raihan tertinggi dari seorang Iwan Prayitno dalam memimpin Sumatera Barat. Dimana WTP Penuh menandakan adanya pengelolaan keuangan daerah yang terlaksana dengan baik dan hal ini termaktub dalam LKPJ akhir masa jabatan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno.
Sementara untuk Payakumbuh, yang dipimpin oleh Riza Falepi, raihan WTP kali ini adalah untuk yang pertama kalinya setelah lima tahun berturut-turut meraih WDP (Wajar Dengan Pengecualian).
Raihan ini juga sama dengan yang dialami oleh Mahyeldi Ansharullah, Walikota Padang. Dimana pada tahun ini,di bawah kepemimpinan beliau, Kota Padang mengalami perbaikan dalam hal Laporan Keuangan dan Aset sehingga bisa meraih WTP.
3 kader PKS raih WTP ini adalah prestasi yang sangat luar biasa dan membanggakan dalam memimpin daerahnya masing-masing. Sebagai partai islam yang mengusung tagline Cinta, Kerja, dan Harmoni, PKS mengantarkan kader-kadernya berhasil mengelola keuangan daerah secara baik dan bersih.
Sumber: http://serambiminang.com


posted by @Adimin

Demografi & Agama

Written By @Adimin on Wednesday, June 17, 2015 | 1:23 AM

Demografi & Agama, Oleh Anis Matta (Presiden Partai Keadilan sejahtera)
Dimuat di Koran SINDO 17 Juni 2015
Agama salah satu faktor yang memengaruhi perilaku individu. Ketika individu- individu berkembang menjadi kelompok, tentu ia akan memengaruhi wajah suatu masyarakat.
Sejumlah orang menganut agama tertentu, dengan identitas dan perilaku tertentu, adalah fakta demografis dan sosiologis yang membentuk peta sosial-politik. Bagaimana pada tataran global? Pada April lalu Pew Research Centre di Amerika Serikat melansir laporan prediksi pertumbuhan agama-agama di dunia. Dalam laporan itu diperkirakan pada 2050 jumlah muslim akan sama dengan pemeluk agama Kristen di dunia.
Sebagai perbandingan, pada 2010 Kristen adalah agama terbesar di dunia dengan estimasi pemeluk 2,2 miliar (31%) dari 6,9 miliar penduduk Bumi. Islam berikutnya, dengan jumlah 1,6 miliar atau 23%. Lebih lanjut Pew memprediksi muslim akan mengisi 10% populasi Eropa dan menggeser Yahudi sebagai agama non-Kristen terbesar di Amerika. Di negeri Paman Sam, pemeluk Kristen akan turun dari tiga perempat menjadi dua pertiga pada 2050. Yang menarik India. Hindu akan tetap menjadi agama mayoritas.
Namun, karena penduduk yang begitu banyak, jumlah muslim di India akan melewati negara mana pun, termasuk Indonesia. Atheis, agnostik, dan orang yang tidak berafiliasi dengan agama, walaupun meningkat di sejumlah negara seperti AS dan Prancis, akan menurun pangsanya dalam komposisi populasi global. Buddha akan berjumlah sama dengan jumlahnya pada 2010, sementara Hindu dan Yahudi akan tumbuh.
Di Afrika diperkirakan Kristen akan tumbuh mencapai 40% dari jumlah penduduk benua itu. Nigeria akan menjadi negara dengan jumlah umat Kristen terbanyak dibanding semua negara, kecuali AS dan Brasil. Inilah prediksi wajah demografi agama di dunia pada 2050. Setiap prediksi tentu punya kelemahan dan ruang untuk kesalahan ( margin of errors ), namun laporan Pew ini menarik untuk kita jadikan sebagai referensi secara kritis.
Selain potret demografis, kita juga menyaksikan tokoh-tokoh berbagai agama muncul di berbagai bidang. Ambil contoh di Amerika. CEO Microsoft Satya Nadella adalah warga negara AS beragama Hindu kelahiran Hyderabad, India. Co-founder YouTube Jawed Karim adalah muslim keturunan Bangladesh kelahiran Jerman Timur (waktu itu) yang melintas ke Jerman Barat dan pindah ke Amerika setelah reunifikasi Jerman.
Di negeri Paman Sam sudah ada dua orang muslim menjadi anggota Kongres. Di Belanda, wali kota Rotterdam adalah muslim kelahiran Maroko dan di Inggris sudah ada beberapa wali kota muslim. Masih banyak contoh di berbagai negara.
Keseimbangan Baru
Fenomena di atas dan prediksi Pew menunjukkan dunia sedang bergerak ke arah keseimbangan baru—dengan segala harapan dan kecemasannya. Dalam berbagai kesempatan berdiskusi di negara-negara dunia Islam, seperti Turki, Mesir, atau Aljazair, saya kerap mendapat pertanyaan bagaimana Indonesia melewati transisi demokrasi dalam ketegangan hubungan antara Islam dan negara serta Islam vis-a-vis modernitas.
Di Indonesia sendiri ini diskusi panjang yang telah dibuka Tjokroaminoto dan Sutan Takdir Alisjahbana sebelum kemerdekaan, dilanjutkan Nurcholish Madjid mulai 1970-an, hingga sekarang. Yang juga banyak dibahas adalah betapa benturan budaya yang belum sepenuhnya selesai menjadi masalah bagi modernisasi di dunia Islam. Basis keagamaan yang kental di suatu masyarakat tidak dapat dicerabut begitu saja oleh proyek besar modernisasi. Pada saat yang sama, negara tidak dapat menyelesaikan benturan ini dengan pendekatan struktural.
Dalam hal relasi agama (Islam) dan negara, dari pengalaman banyak negara, ketegangan yang muncul malah berujung pada pertempuran yang merugikan kedua belah pihak ( lose-lose battle). Jika kita membaca data Pew di atas, kita melihat keseimbangan geopolitik baru di masa depan dimulai dari perubahan lanskap demografis. Negara tidak lagi menjadi ”lawan bicara” tunggal agama dalam berinteraksi. Masyarakat sipil dan pasar kini berperan untuk menjadi ruang aktualisasi agama-agama.
Negara akan surut menjadi penjaga ketertiban administrasi penduduk global yang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Negara akan menjadi makin netral dan tak ”berwarna”. Agama pernah menjadi faktor pemicu globalisasi sejak lebih dari seribu tahun lalu, ketika terjadi penyebaran agama dari pusat-pusat agama ke berbagai penjuru dunia, baik Buddha, Hindu, Islam, dan Kristen. Namun, konteks penyebaran agama pada saat itu adalah ekstensifikasi basis pengikut secara kuantitatif yang kerap berkelindan dengan motif-motif politik dan ekonomi.
Globalisasi agama yang sekarang berlangsung adalah rasa pertautan orang-orang di seluruh dunia oleh ajaran, referensi dan perilaku dari ajaran agama yang sama. Pertumbuhan agama bukan lagi disebabkan ekspansi wilayah dan penaklukan, tetapi akibat ”pertumbuhan organik” di dalam umat beragama tersebut dan akseptabilitas agama oleh individu yang makin atomistik. Daya globalisasi agama kini dalam beberapa hal mengaburkan negara-bangsa.
Globalisasi punya sisi gelap membuat orang teralienasi, merasa asing, dan sendiri di tengah dunia yang hiruk-pikuk. Maka tak heran jika globalisasi, selain menghasilkan keterbukaan, juga memicu lahirnya ”ketertutupan”. Fenomena ekstremisme dan primodialisme merupakan pantulan balik dari globalisasi yang menjangkau hingga ke relung-relung privat kehidupan. Kita beruntung karena semua umat beragama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari terbentuknya negara-bangsa Indonesia.
Perdebatan Piagam Jakarta dalam proses pembentukan negara Indonesia adalah referensi sejarah yang berharga. Saya memandang peristiwa itu secara positif. Itulah bentuk kompromi dan jiwa besar para pendiri bangsa dalam menyusun suatu cetak biru yang dapat memayungi seluruh warga dari berbagai agama. Karena itu, untuk konteks Indonesia, globalisasi agama (atau agama-agama) dan negara-bangsa dapat diarahkan untuk saling memberi manfaat dan menguatkan satu sama lain. Keseimbangan baru di tataran global tidak boleh dimaknai karena ”kuat sama kuat, mari kita bertarung”.
Sebaliknya, spirit yang harus dikedepankan adalah ”karena kita sama kuat, mari bekerja sama”. Koeksistensi damai antaragama adalah proyek besar berikutnya untuk meredam kekerasan berkedok agama yang dimainkan sekelompok kecil tertentu. Dunia kini diliputi kecemasan akibat terorisme karena siapa pun kita dan apa pun agama kita dapat saja tiba-tiba terluka bahkan terbunuh oleh alasan yang tidak kita mengerti.
Rasa sakit akibat luka itu sama. Karena itu, sebenarnya umat manusia di dunia dipersatukan oleh ketakutan yang sama. Terciptanya perimbangan demografis baru pada 2050 itu harus menjadi momentum keseimbangan perdamaian global yang diusahakan oleh semua pihak, baik dari negara maupun komunitas agama global. Keseimbangan baru itu juga menjadi peluang Indonesia berperan sebagai referensi dalam transisi demokrasi dan pengelolaan relasi agama dan negara— khususnya bagi negara-negara dunia Islam.
Tentu itu memberi tantangan yang lebih berat lagi bagi kita sendiri untuk merawat demokrasi dan perdamaian antarumat beragama di negeri kita. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadan. [Koran SINDO 17 Juni 2015]

posted by @Adimin

Sumbar Menjadi Lokasi Pencanangan Gerakan Remaja Melek Media

PADANG (15/6) – Melalui kegiatan pencanangan Gerakan Remaja Melek Media diharapkan para siswa tidak lagi sekedar menjadi konsumen berita, melainkan menjadi produsen informasi dan kritis terhadap berita yang dimuat pada berbagai media.
“Berbeda dengan dahulu, saat ini kita hidup di era informasi yang luar biasa banyaknya. Informasi yang banyak itu mengharuskan anak-anak harus bisa memilah, memilih, memanfaatkan, dan mengkritisi,” ungkap Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan usai membuka Gerakan Remaja Melek Media di Auditorium Gubernuran, Sumatera Barat, Senin (15/6).
Dalam merealisasikan gerakan dimaksud, Kemendikbud menggandeng Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang telah menjalankan kegiatan itu, melalui pemberian pelatihan bagi guru dan siswa secara berkelanjutan.
“Nantinya kawan-kawan di PWI akan datang ke sekolah-sekolah memberikan pelatihan, tidak hanya bagi siswa tapi juga untuk guru. Kalau guru malas membaca, menulis, dan menganalisa informasi, maka siswanya juga malas. Untuk itu keduanya dilatih, agar di fase berikutnya mereka justru bisa menjadi produsen informasi,” terangnya.
Menurut Anies, dipilihnya Sumatera Barat (Sumbar) sebagai lokasi pencanangan Gerakan Remaja Melek Media, karena tanah Minangkabau memiliki potensi untuk melahirkan jurnalis dan tokoh intelektual yang berkontribusi terhadap berdirinya Republik Indonesia ini.
“Sumatera Barat melahirkan Adinegoro, Rasuna Said, mereka jurnalis hebat yang berkontribusi besar terhadap lahirnya bangsa ini. Ke depan, bukan tidak mungkin, Sumatera Barat melahirkan kembali tokoh serupa melalui gerakan ini,” harapnya.
Sementara itu, untuk mendukung suksesnya gerakan ini, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengaku akan mengeluarkan surat edaran ke seluruh Kabupaten/Kota, yang meminta setiap sekolah berlangganan koran lokal, nasional, ataupun internasional.
“Sekolah harus langganan koran, lalu diletakkan di perpustakaan agar siswa memiliki akses untuk mendapatkan informasi yang luas. Dari situ mereka memahami informasi. Selanjutnya melalui bimbingan PWI, mereka bisa menghasilkan karya juga,” terang Irwan. [humas pemprov]

posted by @Adimin

Presiden PKS di 7th International Economic Summit of Russia: Tingkatkan Kerjasama Ekonomi Rusia dan Negara-Negara Muslim 16 Jun 2015 | 09:47 WIB

KAZAN (15/6) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Matta menyebut share (bagian) ekonomi syariah di Indonesia masih terlalu kecil. Hal ini disebabkan kurangnya dukungan politik terhadap sistem syariah yang non-ribawi.
Demikian di antara isi pidato Anis Matta di 7th International Economic Summit of Russia and Organization of Islamic Cooperation (OIC) Countries, di Kazan, Rusia, Senin (15/6).
Anis Matta menjadi satu-satunya pembicara dari partai politik asal Indonesia di acara yang bertajuk Strategic Forum Islamic Finance for Constructive Global Trade and Investmens tersebut.
Menurut Anis, kini saatnya Rusia melirik kerjasama dengan negara-negara dengan penduduk mayoritas muslim seperti Indonesia. Secara khusus, Anis juga menyoroti angka kerjasama ekonomi Rusia yang masih dalam skala kecil.
"Berbeda dengan Malaysia yang skala kue ekonomi islam-nya mencapai 20% lebih, karena didukung oleh political willpemerintahnya," tutur Anis.
Lebih jauh ia mengajak Rusia dan negara-negara pecahan Uni Sovyet untuk memperluas kerjasama dengan Indonesia.
"Strategisnya kerjasama ekonomi dengan Rusia juga bisa ditingkatkan pada skala politik, karena political willmenjadi faktor yang penting dalam mengembangkan skala Islamic Finance di dunia Islam khususnya," ujar pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan 47 tahun lalu ini.
Selanjutnya, Anis mendorong peran lembaga parlemen di kedua belahan bumi ini agar aktif mengampanyekanIslamic Finance agar lebih bisa memberikan kontribusi Islam bagi umat manusia. [pks.id]
Keterangan Foto: Presiden PKS Anis Matta saat berbicara di hadapan forum dalam 7th International Economic Summit of Russia and Organization of Islamic Cooperation (OIC) Countries, Kaza, Russia, Senin (15/6).

posted by @Adimin

Kota Padang Raih Penghargaan Kota Terbaik & Kota Potensial Kategori Pariwisata

Written By @Adimin on Saturday, June 13, 2015 | 7:19 AM


Sejak di Pimpin oleh Mahyeldi Ansharullah, Kota Padang semakin terlihat perubahannya. Hal ini dibuktikan dengan Kota Padang raih penghargaan Kota Terbaik dan Kota Potensial untuk kategori Pariwisata yang digagas oleh Tempo Media Group.
 
Kota Padang raih penghargaan Kota Terbaik dan Kota Potensial untuk kategori Pariwisata diberikan dalam acara yang bertajuk malam penganugerahaan ‘Indonesia’s Attractiveness Award 2015’ di Ballroom I Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Jumat (12/6) malam. Acara ini dibuka Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Tampak hadir Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri PAN RB Yudhi Chrisnandy, Menteri Pariwisata Arif Yahya, Kepala BKPM Frankie Sibarani, dan Direktur Utama Tempo Media Group Bambang Harymurti.

Dua penghargaan yang diterima Kota Padang yakni Kota Terbaik kedelapan se-Indonesia dengan peringkat Platinum serta Kota Potensial untuk Kategori Pariwisata. Penghargaan Kota Terbaik kedelapan se-Indonesia diserahkan Menteri PAN dan RB Yudhi Chrisnandy kepada Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah. Sedangkan penghargaan Kota Potensial Kategori Pariwisata diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata Arif Yahya.

Walikota Padang, H. Mahyeldi Ansharullah, mengatakan perolehan penghargaan ini sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Padang tahun 2014 sampai dengan 2019.

“Memang kita saat ini fokus mengarahkan dan mengoptimalkan potensi-potensi wisata. Kita sudah siapkan perencanaannya dan sekarang melangkah kepada FS dari Kawasan Wisata Terpadu (KWT) Kota Padang. Dimana KWT ini meliputi Pantai Air Manis dengan Batu Malin Kundangnya, Kawasan Gunung Padang, Padang Kota Lama Heritage, dan Pantai Padang. Jadi Padang adalah kota yang memiliki kelengkapan dari segi objek wisatanya. Karena di situ ada budaya, seni, pantai, dan juga ada pulau-pulaunya,” kata Wako Mahyeldi kutip serambiminang.com dari facebook humas dan protokol kota padang, usai menerima penghargaan.

Mahyeldi juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tempo Media Group dan Frontier Consulting Group yang telah melakukan penilaian terhadap pariwisata Kota Padang, serta penilaian terhadap infrastruktur, pelayanan publik dan lainnya.

“Tentu harapan kami penghargaan ini menjadi motivasi bagi pemerintah kota dan masyarakat Kota Padang untuk bisa lebih baik lagi. Karena diakui masih banyak kekurangan-kekurangan dari kota lain yang ada di indonesia. Dengan meraih peringkat delapan, berarti masih ada tujuh kota lagi di atas kita dan perlu belajar banyak dengan kota lain itu. Hal ini tentu dengan semangat saling kolaborasi dalam rangka kemajuan pariwisata kota untuk memajukan Republik Indonesia,” tambah Walikota Padang, Mahyeldi.

Kota Padang raih penghargaan Kota Terbaik dan Kota Potensial adalah disaat momen yang tepat. Karena Kota Padang saat ini sedang berbenah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebelumnya Kota Padang juga menerima hasil pemeriksaan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK

serambiminang
 
posted by @Adimin

Walikota Padang Launching Satu Hari Tanpa Kendaraan

Written By @Adimin on Thursday, June 11, 2015 | 1:51 AM


PADANG – Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah didampingi Kadishubkominfo Rudy Rinaldy, Kabid Laut Richardi Akbar, Kabid Lalin Eri Surya Jaya, Kabid Angkutan Jovi Satrios, Rabu (10/6), melaunching kegiatan bersepeda ke kantor satu kali sebulan (un-motorized). Peluncuran program tersebut di prakarsai Dishubkominfo selaku penggas kegiatan “Satu Hari Tanpa Kendaraan” tersebut.

Bersepeda ke kantor itu juga diikuti oleh Walikota Mahyeldi, unsur pimpinan dan para staf Dishubkominfo Kota Padang, dan finish di kawasan kantor Dishubkominfo Kota Padang di Mata Air.

Mahyeldi mengharapkan kepada seluruh SKPD yang ada di Pemko agar mengikuti kegiatan ini. “Kita tinggalkan kendaraan bermotor di rumah dan berjalan kakilah atau gunakan kendaraan umum untuk perjalanan panjang,” katanya.

Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk menurunkan kertergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor. Kegiatan ini biasanya didorong oleh aktivitas yang bergerak dalam bidang lingkungan dan transportasi.

Disamping itu, Wako Mahyeldi juga mengharapkan kepada seluruh pegawai Pemko Padang beserta masyarakat, awalilah seluruh kegiatan mulai hari subuh. Karena rezeki itu terbukanya di subuh hari.

Rudy Rinaldy juga mengharapkan kepada seluruh pegawai Dishubkominfo agar kegiatan bersepeda ke kantor satu kali sebulan ini, terus diterapkan. “Jangan sampai terputus. Kita menjadi contoh bagi masyarakat, terutama di sekeliling tempat tinggal kita di rumah,” terangnya.

Adapun kegiatan ini diawali dari rumah dinas sampai ke kantor Disbuhkominfo Kota Padang yang dipimpin Walikota, Kadishubkominfo beserta pegawai Dishubkominfo. Yang lebih serunya lagi juga diiringi klub sepeda Dishubkominfo ‘Jokodomi’. [harian singgalang]


posted by @Adimin

Pemerintah Harus Tegas Tindak Tegas Praktik Maksiat


Wakil ketua komisi I DPRD Padang, Budiman meminta Pemko Padang menindak tegas segala bentuk praktik maksiat, serta menutup setiap tempat hiburan malam (THM) yang ada di Kota Padang selama Ramadhan. Selaian itu dia juga berharap perdagangan minuman keras jelang ramadhan ditertibkan.

“Kita berharap ibadah umat muslim selama Ramadhan tidak di ganggu dengan praktik maksiat dan operasional tempat hiburan malam. Kita minta Pemko melalui Satpol PP untuk bertindak tegas menertibkannya,” kata Budiman rabu (10/6).

Dia meminta satpol PP untuk menutup semua lokasi yang rentan di gunakan sebagai tempat praktik maksiat seperti kafe-kafe, klub malam dan lokasi hiburan malam lain. “Tempat hiburan malam tidak boleh beroperasi dan tidak ada tempat bagi maksiat pada bulan Rmadhan termasuk tempat penjual minuman miras,” kata Politisi PKS itu.

Budiman juga mengimbau agar pemilik dan pengelola tempat hiburan tersebut untuk menghormati umat muslim beribadah. “Ini adalah komitment kita bersama, hendaknya owner tempat hiburan juga menghormati bulan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah. Mari kita perbanyak ibadah dan mencegah kemungkaran,” katanya.

Mulai saat ini, kegiatan-kegiatan penertiban harus sudah dilaksanakan. Kemudian juga mengenai razia hotel, kalau memang ada pelanggaran pihak terkait bisa memberikan sangsi tegas.

Sementara itu, Plt Kepala Santpol PP Kota Padang Firdaus Ilyas menjelaskan, pihaknya sudah mulai melakukan sosialisasi, selama bulan Ramadhan 1436 hijriah, aktivitas klub, kafe atau tempat hiburan lainnya yang tersebar di Kota Padang diimbau untuk ditutup. 

Imbauan tersebut disampaikan Pemko untuk menjaga harmonisasi antar umat bergama. Untuk mengawalinya, satpol PP Kota akan melakukan sosialisasi serta membagikan surat edaran Wali Kota Padang Mahyeldi terkait penutupan tempat hiburan malam selama bulan Ramadhan.

Dia mengatakan, sebelum masuk bulan Ramadhan tahun ini, petugas penegak perda akan mensosialisasikan penutupan rumah makan (siang hari), kafe, dan klub malam. “Ini kita lakukan untuk mewujudkan ketertiban dan kenyamanan selama umat muslim di Padang menjalankan ibadah puasa,” kata Firdaus Ilyas.

Dia juga mengatakan, bagi kawasan Pondok, kecamtan Padang Selatan diberi pengecualian. Kedai nasi dikawasan dapat di buka siang hari, akan tetapi di depan warung tersebut dipajang imbauan rumaah makan bagi non muslim. Kegiatan seperti ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya saat memasuki bulan suci Ramadhan. Hal itu juga dilakukan untuk menghormati saudara yang beragama non muslim.

“Akan tetapi jika ada rumah makan yang beraktifitas di siang hari selain dari kawasan yang telah di tentukan, kita paksa tutup,” terangnya.

Selama bulan Ramadhan berjalan, Satpol PP juga akan melakukan pengawasan dan merazia lokasi hiburan malam yang tidak mengindahkan surat edaran yang telah diedarkan. Demikian juga dengan penyedia jasa warnet, akan dilayangkan imbauan untuk menutup dan membuka warnetnya dala jadwal yang telah ditentukan.

“sebanyak 250 petugas Pol PP dibantu dari Polri dan TNI akan beroperasi selama Ramadhan untuk melakukan penertiban ketika imbauan benar-banar tidak diindahkan, hal serupa berlaku bagi para penyedia jasa warnet,” katanya. [harian pagi posmetro padang]


posted by @Adimin

Maju Pilkada 2015, Gubernur Sumbar Merapat ke Gerindra

Written By @Adimin on Tuesday, June 9, 2015 | 7:21 PM

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno
PADANG -- Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Irwan Prayitno kembali mencalonkan diri sebagai bakal calon (balon) gubernur dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2015. Politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini memilih Partai Gerindra menjadi kendaraan untuk maju.
"Teman dari PKS bermusyawarah, memutuskan ikut daftar ke Gerindra. (Karena) kesamaan perjuangan visi membangun bangsa," kata Irwan usai mendaftar di DPD Partai Gerindra Sumbar, Selasa (9/6).
Dikatakannya, PKS saat ini hanya memiliki tujuh dari 13 kursi. Sehingga menurutnya, tidak mungkin PKS maju tanpa ada dukungan dari partai lain.
Selain itu, Irwan menuturkan, pertimbangan PKS lainnya yang membuat menjatuhkan pilihan pada Gerindra yaitu, partai ini tidak mencalonkan kadernya sebagai gubernur.
"Kami tak ingin mengambil atau berebut dengan partai lain yang juga ingin mengambil calon gubernurnya. Secara etika tak baik," ujarnya.
Ia mengatakan, datang meminang Partai Gerindra dengan membawa sejumlah persyaratan pendaftaran balon gubernur sesuai UU Pilkada kepada tim panitia seleksi (pansel) Gerindra. "Kami sebagai parpol (partai politik) juga mengikuti prosedur, walaupun nanti keputusan partai masing-masing. Kami hanya sekedar memenuhi persyaratan administrasi," ungkapnya.
Selain itu, Irwan mengaku memberikan catatan kaki dalam berkas pendaftaran balon gubernur. Catatan tersebut, ujar Irwan, menjabarkan dirinya ingin membawa Sumatra Barat ke arah mana.
Ia menambahkan, bersedia dipasangkan dengan calon wakil gubernur pilihan tim pansel Gerindra yang juga mendaftar ke partai tersebut. 
"PKS tak mungkin jadi wakil. Siapapun orangnya kita serahkan ke Gerindra. Apapun yang diputuskan Gerindra, Insya Allah terbaik untuk masyarakat Sumbar," tutur Irwan menambahkan. [ROL]


posted by @Adimin

Hilmi Aminuddin: Bulan Ramadhan, Bulan Kaum Dhuafa


JAKARTA (9/6) – Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hilmi Aminuddin mengingatkan seluruh kader PKS untuk memberikan perhatian lebih kepada kaum dhuafa pada Bulan Ramadhan 1436 H. Hal ini disampaikan tokoh yang akrab disapa Ustadz Hilmi tersebut pada Konsolidasi dan Tarhib Ramadhan PKS di Jakarta, Selasa (9/6).

“Syahrul Ramadhan (Bulan Ramadhan) adalah bulan untuk mengingatkan simpati kita kepada kaum dhuafa, terutama yang ada di bangsa ini. Oleh karena Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk melihat segala kebutuhan kita dalam memulihkan kondisi (recovery), baik diri sendiri maupun masyarakat,” katanya.

Menurut Ustadz Hilmi, pemulihan kondisi harus dimulai dari kaum dhuafa. Jangan sampai titik dhuafa terabaikan yang justru menjadi sumber kelemahan bagi diri sendiri dan masyarakat, karena muncul masalah dalam hal kesejahteraan.

Sementara itu, Ketua Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) DPP PKS, Mardani Ali Sera menjelaskan konsolidasi kali ini mengangkat tema 'Meraih Sukses Rekrutmen Kader dan Pilkada Serentak 2015'.

“Ada dua tema yang dibahas pada konsolidasi kali ini antara lain soal penjaringan kader baru dan kesiapan PKS pada Pilkada serentak di 271 Daerah Tingkat (Dati), baik Dati I (provinsi) maupun Dati II (kabupaten/kota),” jelas Mardani.

Konsolidasi diikuti oleh pengurus Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dewan Syariah Pusat (DSP), Majelis Pertimbangan Pusat (MPP), serta Pimpinan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS se-Indonesia. Hadir pada kesempatan itu Presiden PKS Anis Matta, Ketua DSP Surahman Hidayat, Ketua MPP Untung Wahono, Bendahara Umum Mahfudz Abdurrahman, Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaini, serta para anggota dewan lain. [pks.id]

Keterangan Foto: Ketua Majelis Syuro PKS, Hilmi Aminuddin. 

posted by @Adimin

“Islam Nusantara”: Islamisasi Nusantara atau Menusantarakan Islam? [2]

Written By @Adimin on Wednesday, June 3, 2015 | 3:43 PM

Dalam bersikap terhadap tradisi Nusantara, ada yang diterima dan ada yang harus ditolak. Budaya atau kepercayaan lokal yang tidak sesuai dengan pokok ajaran Islam



PADAHAL aliran kebatinan memiliki cirri iqtha’usy syari’ah (menggugurkan kewajiban syariah). Pesantren Sidogiri Pasuruan menerbitkan buku yang khusus mengkaji masalah ini berjudul Bahaya Aliran Kebatinan (Tim Penulis Pustaka Sidogiri, 1432 H).

Di halaman 190 ditulis “Ciri-ciri umum kebatinan itu, baik yang ada di Indonesia maupun yang di bagian lain dunia Islam, adalah iqtha’usy syari’ah, membatalkan ajaran-ajaran agama. Seperti menggugurkan kewajiban ibadah salat, puasa, zakat dan lain-lain. sementara semua larangan agama dianggap tidaka dad an boleh saja dilakukan. Karenanya Imam Abu Nu’aim al-Asfhihani, ulama sufi dan hafidz abad kelima Hijriyah, menganggap kebatinan itu mubahiyyun, serba boleh melakukan apa saja, seperti beliau tulis dalam pembukaan kitab Hilyatul Auliya’ “.

Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari juga berpendapat bahwa aliran kebatinan mubahiyyun termasuk aliran yang sesat. Dalam kitabnya Risalah Ahlus Sunnah wal Jamaah beliau menulis: “Di antara aliran yang berkembang setelah tahun 1330 H, adalah aliran Ibahiyyun (serba boleh), yang berpendapat, bahwa apabila seseorang telah mencapai puncak kecintaan kepada Allah, hatinya bersih dari kelalaian, dan telah berketetapan memilih keimanan daripada kekufuran, maka perintah dan larangan Allah menjadi gugur darinya dan Allah tidak akan memasukkannya ke neraka meskipun melakukan dosa-dosa besar. Sebagian mereka juga mengatakan, bahwa ibadah-ibadah lahiriyah gugur dari kewajibannya, dan ibadah yang harus dilakukannya cukup merenung dan memperbaiki akhlak batin saja. Sayyid Muhammad berkata dalam Syarh Ihya Ulumuddin: ‘Pedapat ini merupakan kekufuran, zidiq dan kesesatan’. Memang kaum Ibahiyyun selalu ada sejak masa dulu, mereka pada umumnya orang-orang bodoh, tersesat dan tidak memiliki tokoh yang mengetahui ilmu syar’i secara memadai” (KH Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, hal. 11-12).

Berdasarkan hal itu, dalam bersikap terhadap tradisi Nusantara, ada yang diterima dan ada yang harus ditolak. Budaya atau kepercayaan lokal yang tidak sesuai dengan pokok ajaran Ahlus Sunnah ditolak.

Di sinilah diperlukan ilmu alat ushul fikih. Dalam Islam, ada aspek ushul dan ada aspek furu’. Ushul dalam Islam bersifat tetap, final dan qath’i. sedangkan aspek furu’ merupakan medan ‘kreatifitas’ ulama mujtahid. Bisa terjadi perbedaan antara ulama satu dengan ulama yang lain. Kewajiban shalat merupakan perakar ushul. Barangsiapa yang mengingkarinya maka dia kufur. Budaya atau aliran kepercayaan apa saja yang membolehkan tidak shalat fardhu, tidak boleh dipelihara.


Meskipun budaya itu adalah produk tradisi Nusantara.

Maka, jika ada sekelompok orang mentradisikan shalat dengan berbahasa daerah misalnya, maka tetap dihukum sebagai kelompok sesat. Cara-cara seperti ini tidak dilakukan Walisongo.

Sedangkan apa yang dilakukan para dai Walisongo adalah memasukkan pandangan hidup Islam kepada tradisi-tradisi yang bisa diafirmasi. Salah satu keberhasilan para dai penyebar agama Islam di Nusantara adala melalui bahasa. Proses pengislamannya — salah satunya — dengan memasukkan term-term Arab-Islam ke dalam bahasa lokal. Ada banyak kosa kata bahasa Melayu dan Indonesia yang diserap dari bahasa Arab. Misalanya kosa kata ‘akal’, ‘musyawarah’, ‘adil’, ‘adab’, ‘akhlak’, ‘dewan’, ‘kalimat’, ‘khutbah’, ‘jama’ah’, ‘kursi’, ‘zahir’, ‘batin’, ‘kalbu’, ‘kuliah’, dan lain sebagainya.

Keberhasilan mengislamkan bahasa oleh para dai terdahulu dicatat oleh Prof. al-Attas sebagai keberhasilan yang mengalahkan pencapaian Hindu-Budha. Karena mereka berhasil mengangkan bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan di kepulauan Nusantara (M. Naquib al-Attas, Historical Fact and Fiction, hal.xvi).

Sementara bahasa kaum Hindu, sansekerta, tidak popular kecuali di kalangan istana dan para pemuka agama mereka saja. Sementara bahasa Melayu yang telah banyak menyerap istilah Arab-Islam itu lebih merakyat area penyebarannya luas seiring dengan luasnya dakwah Islam di bumi Nusantara.

Dikenal pula di sini jenis tulisan Arab-Jawi yang sering disebut tulisan Pegon (pego). Tulisan berbahasa jawa atau sunda tapi dengan menggunakan huruf Arab. Jenis tulisan ini populer di pesantren tradisional yang diajarkan berabad-abad lamanya, sejak kedatangan Islam. Namun, sayang jenis tulisan ini tidak lagi populer di Indonesia – hanya dikenal oleh anak-anak Pesantren. Jenis tulis ini merupakan keunikan Muslim di Nusantara warisan para dai penyebar Islam terdahulu.

Pakaian orang-orang Muslim di Indonesia dan Malaysia juga memiliki kekhasan. Mereka memakai sarung, baju takwa dan songkok Nasional (songkok berwarna hitam). Baju takwa mirip dengan baju gamis Arab yang dipotong sampai pinggang. Konon nama ‘baju takwa’ ini diambil dari firman Allah Subhanahu Wata’ala, ..wa libasut takwa.. Blangkon, juga disebut-sebut tidak lepas dari simbol Arab-Islam yaitu berasal dari serban imamah, yaitu kain panjang yang dililitkan di kepala dengan model tertentu. Di tanah jawa, serban imamah itu dibuat praktis, yaitu lilitannya dilekatkan supaya dengan mudah bisa dilepas dan dipakai lagi. Karena di Jawa, maka kemudian kainnya menggunakan batik. Sehingga kita bisa memperhatikan, serban imamah yang biasa dipakai oleh para ulama Hadramaut Yaman atau habaib Indonesia bentuknya hampir mirip dengan blankon.

Simbol-simbol dan tradisi di Nusantara yang berlaku di kalangan Muslim Nusantara tersebut merupakan produk Islamisasi. Kita lebih tepat menyebut tradisi Nusantara yang terislamkan. Bukan agama Islam yang ternusantarakan. Sebab, pengaruh Islamnya lebih kuat dan mengakar bahkan mengandung filosofi yang berdasarkan al-Qur’an dan hadis.

Setelah terislamkan, yang terlihat adalah warna Islamnya bukan warna Hindu-Budha atau animisme-dinamisme.

Hasilnya, Dari abad ke-15 sampai ke-17 di bumi Nusantara terlihat perubahan pemikiran dalam pandangan hidupnya (worldview), yang melahirkan filsuf, ulama’ dan pemikir tingkat internasional dengan karya-karya yang berbobot. Syed Muhammad Naquib al-Attas mengatakan:

“Abad-abad ke-enam belas dan ke-tujuh belas suasana kesuburan dalam penulisan sastera falsafah, metafizika dan teologi rasional yang tiada terdapat tolak bandinganya di mana-mana dan di zaman apa pun di Asia Tenggara. Penterjemahan al-Qur’an yang pertama dalam bahasa Melayu telah diselenggarakan beserta syarahannya yang berdasarkan al-Baydawi; dan terjemahan-terjemahan lain serta syarahan-syarahan dan karya-karya asli dalam bidang falsafah, tasawuf dan ilmu kalam semuanya telah diselenggarakan pada zaman ini juga” (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, hal.45).

Maka, cara yang telah dilakukan Walisongo harus dilanjutkan dakwah dan perjuangannya. Dakwah mereka adalah memasukkan nilai-nilai Tauhid ke dalam tradisi Muslim Indonesia, bukan mengindonesiakan makna Tauhid. Jika memasukkan nilai Tauhid, maka inilah yang dinamakan Islamisasi. Manakala menusantarakan makna Tauhid, maka ini bisa berujung kepada liberalisasi Islam. Sejak berabad-abad lamanya Indonesia merupakan bumi Aswaja, bukan bumi Liberal. Tiga setengah abad Indonesia dijajah Belanda, namun Indonesia masih berpegang pada tradisi Islam, bukan tradisi Barat-Kristen. Hal ini menunjukkan akar Islamisasi di bumi Nusantara ini sangat kuat.

Dan yang juga penting, Al-Attas mencatat, bahwa kedatangan Islam di wilayah kepulauan Melayu-Indonesia merupakan peristiwa terpenting dalam sejarah kepulauan tersebut. Melayu kemudian menjadi identik dengan Islam. Sebab, agama Islam merupakan unsur terpenting dalam peradaban Melayu. Islam dan bahasa Melayu kemudian berhasil menggerakkan ke arah terbentuknya kesadaran nasional (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism,  hal. 178).

Oleh: A. Kholili Hasib

hidayatullah

posted by @Adimin
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PKS Padang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger