Slider

Blog Archive

Powered by Blogger.
Latest Post

Pemilihan Raya di DPD PKS Padang

Written By @Adimin on Friday, November 29, 2013 | 1:44 AM


pkspadang.com : Sesuai dengan arahan dari DPP PKS bahwa PKS akan mengusung Capres dikalangan internal PKS sendiri maka untuk itu DPD PKS Padang mengadakan pemilihan raya yang dilaksanakan pada hari Jum;at 29 Nopember 2013 di DPD.

Seluruh kader beramai ramai memberikan suaranya untuk bersama sama aktif dalam menjalankan amanah dakwah ini. DPP PKS sendiri telah mengusung 22 tokoh internal PKS yang sejak didirikannya, ke 22 tokoh ini sudah sangat dikenal oleh kader kader PKS maupun oleh publik. 


Beberapa nama yang muncul mungkin udah tidak asing lagi baik dikalangan internal maupun dikalangan eksternal seperti M. Anis Matta (Presiden PKS), Hidayat Nur Wahid (Mantan Ketua MPR), Fahri Hamzah (Aleg DPR), Irwan Prayitno (Gubernur Sumbar), Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat) dan tokoh tokoh lainnya.
Dengan berlangsungnya Pemira ini, diharapkan muncul tokoh tokoh bangsa yang nantinya akan membawa perubahan pada bangsa dan negara menjadi ke arah yang jauh lebih baik, seperti yang selama ini dibuktikan oleh PKS.

Kata pepatah, Manusia yang baik biasanya berasal dari manusia yang baik pula. Dan untuk membuktikannya mari kita sama sama tunggu hasil dari pemira.


posted by @Adimin

Inilah Pasukan Yang Paling Ditakuti Di Dunia

Written By @Adimin on Monday, November 25, 2013 | 7:52 PM



Era kini mungkin tak banyak yang mengenal Yanissari. Lebih populer istilah "knight templar" ataupun "three muskeeter". Padahal, di abad pertengahan lalu, pasukan Yanissari inilah yang sangat ditakuti dunia. Pasukan Salib luluhlantak tatkala berhadapan dengan tentara Yanissari. Kisahnya terjadi tatkala Kesultanan Utsmaniyah menguasai separuh belahan dunia di abad pertengahan lalu.

Yanissari adalah sebutan untuk kelompok pasukan elit Utsmaniyah. Pasukan ini dibentuk kali pertama kala Murad I menjadi Sultan Ustamaniyah. Menurut Felix Siauw, penulis buku "Muhammad Al Fatih 1453", pasukan elit dalam Islam sebenarnya sudah dibentuk sejak era Utsman bin Affan menjadi Khalifah, di abad 7 Masehi lalu. "Utsmaniyah kemudian mengembangkan lagi pasukan elit seperti yang dilakukan Khalifah Utsman, itulah Yanissari itu," tuturnya kepada Mahkamah, beberapa waktu lalu.

Roger Crowly, penulis buku "1453 Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Islam", sempat menggambarkan ringkas tentang keperkasaan Yanissari. Peneliti asal Inggris itu menggambarkan pasukan Yanissari sempat membikin merinding tentara Kristen yang mempertahankan Konstantinopel, ibukota Romawi, tatkala diserbu oleh pasukan Utsmaniyah. Pasukan itu, tulis Crowly lagi, seperti tak takut kematian, memiliki keahlian beladiri yang sangat tinggi, berperang seperti singa padang pasir.

Crowly juga menggambarkan proses perekrutan pasukan Yanissari yang sangat ketat. "Bila ayahnya adalah anggota Yanissari, maka anaknya kemudian menjadi Yanissari, tanpa diketahui siapapun. Hanya sultan yang mengetahuinya," tutur Crowly lagi. Begitu kehebatan pasukan khusus ini.

Di era Utsmaniyah menguasai dunia, memang warga Eropa sekalipun berlomba-lomba agar anaknya bisa masuk menjadi pasukan Yanissari. Ini digambarkan terang oleh sejarahwan Yunani, Dimitri Kitsikis. Dalam bukunya, Turk Yunan Imparatorlugu, Dimitri melukiskan banyak keluarga Kristen yang bernafsu memasukkan anak laki-lakinya menjadi pasukan Yanissari. Karena dengan bergabung menjadi Yanissari, menurut Dimitri lagi, bisa memberikan kemajuan keluarganya secara sosial.

Dimitri melukiskan lagi, kala Yunani di bawah kekuasaan Utsmaniyah, lulusan Yanissari kemungkinan besar diangkat menjadi Wazir Agung, Gubernur Jenderal dan pejabat teras Utsmaniyah lainnya. Tak heran banyak warga yang ingin anaknya bergabung dengan Yanissari.
Dalam gambaran Crowly lagi, kala berperang, pasukan Yanissari inilah penggedor tembok terakhir Konstantinopel. "Mereka sangat terlatih, tidak pernah ada pasukan Kristen seperti pasukan itu," papar Crowly lagi. Pasukan Yanissari ini memang sangat disegani. Crowly menceritakan, pasukan itu bisa tidur di padang pasir, kemudian bangun dan langsung siap berperang. Begitulah dahsyatnya.

Felix juga menuturkan, selain dibekali kemampuan tempur tingkat tinggi, pasukan Yanissari juga sangat unggul dari sisi keimanan. "Ketika Sultan Al Fatih berhasil menjebol Konstantinopel, dia langsung mengumpulkan seluruh prajurit Yanissari di Masjid Hagia Sophia untuk melaksanakan sholat berjamaah pertama kalinya. Mereka memilih siapa yang layak menjadi imam," kisah Felix lagi. Hampir seluruh pasukan Yanissari, tutur Felix lagi, tak pernah meninggalkan sholat lima waktu dan sholat sunnat. "Mereka sangat Islami sekali," pungkasnya.

Tak heran, Lord Kinross, peneliti asal Inggris dalam bukunya The Ottoman Centuries: The Rise and the Fall of Turkish Empire, tak kuasa untuk melukiskan tentang rahasia keperkasaan pasukan Utsmani. Dia mengutip seorang pengembara bernama Bertrand de Broquiere yang melukiskan,"Pasukan Utsmani sangat cepat gerakannya. Seratus pasukan Kristen akan jauh lebih gaduh dari sepuluh ribu pasukan Utsmani tatkala diperintah untuk bergerak. Tatkala genderang perang telah ditabuh, maka dengan segera mereka akan bergerak, mereka tidak berhenti melangkah hingga komando dikeluarkan. Mereka adalah pasukan yang terlatih. Dalam semalam mereka mampu melakukan tiga kali lipat perjalanan yang dilakukan musuh-musuhnya orang-orang Kristen".

Di kesultanan Utsmaniyah, pasukan Yanisari ini juga berperan sebagai pasukan pengawal Sultan. Pasukan Yanissari inilah yang kemudian ditiru Barat. Di abad 18, beberapa negara Barat membentuk Musketeer, pasukan pengawal Presiden atau Raja. Keahlian pasukan Yanissari ini juga yang kemudian diadopsi oleh CIA, FBI, Mossad, dan lembaga intelijen lainnya. 

posted by @Adimin

Akbar Tanjung: Anis Matta Sukses Pimpin PKS


Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tanjung mengakui bahwa sosok muda Anis Matta telah sukses memimpin salah satu partai Islam di Indonesia yang terus berkembang, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Hal tersebut disampaikan oleh mantan Ketua DPR RI ini saat menyampaikan arahan di depan ribuan mahasiswa Universitas Diponegoro dalam agenda Dialog Kebangsaan mencari pemimpin Indonesia, Senin (25/11/2013).

Menurut Akbar, sosok Anis Matta telah mampu meletakkan konsep dasar nasionalisme dan visi kebangsaan di partainya. "Sejak PKS berdiri, sebenarnya pak Anis sudah menjadi pemimpin, karena waktu itu siapapun presidennya sekjennya adalah Anis matta," ujarnya.

Lebih lanjut Akbar yang juga tokoh senior perpolitikan nasional ini menilai bahwa dirinya mengapresiasi munculnya banyak tokoh yang memiliki kapasitas untuk memimpin Indonesia seperti Anis Matta.

Agenda dialog kebangsaan ini digelar oleh Badan Eksekutif mahasiswa Universitas Diponegoro bekerja sama dengan Lembaga Pol-Tracking Institute pimpinan pengamat politik Hanta Yudha. Dalam kesempatan tersebut Hanta Yudha yang juga mantan Presiden Mahasiswa ini menjadi moderator untuk ketiga pembicara, yakni Akbar Tanjung, Anis Matta dan Endriartono Sutarto.


posted by @Adimin

Mengapa Suami Cenderung Tidak Romantis di Mata Istri ?

Written By @Adimin on Friday, November 22, 2013 | 8:38 PM


Banyak istri mengeluhkan suami yang kehilangan romantisme. Dulu saat masih masa pacaran, tampak sisi romantisme yang membuat mereka berinteraksi secara intim dan mesra. Demikian pula saat pengantin baru, sisi-sisi romantisme masih dirasakan. Namun seiring perjalanan waktu, istri mulai mengeluhkan sikap suami yang cenderung pasif dan kehilangan romantisme. Interaksi dan komunikasi setelah berumah tangga semakin lama semakin mengalami penurunan baik kualitas maupun kuantitas.

“Mengapa engkau tidak pernah lagi memuji dan merayuku? Dulu engkau bisa berlaku romantis, sekarang sudah tidak bisa lagi”, keluh Mia kepada Bayu, suaminya.

“Kita sudah tambah tua, anak sudah besar, apa iya disuruh seperti anak muda pacaran yang suka merayu…. Ingat Ma, kita sudah tidak muda lagi…”, jawab Bayu.

“Apakah pasangan umur empat puluhan seperti kita sudah tidak layak untuk romantis lagi Pa? Kita ini belum terlalu tua…” sergah Mia tidak mau mengalah.

Apakah yang terjadi pada Bayu dan Mia? Sebenarnya ini bukan soal “salah siapa”, namun hanya persoalan perbedaan khas antara dunia laki-laki dan dunia perempuan. Mereka saling tidak memahami ada yang berbeda di antara suami dan istri, sehingga menimbulkan suasana saling heran bahkan saling menyalahkan satu dengan yang lain.


Apa yang Terjadi Pada Suami?

Secara umum, laki-laki cenderung memiliki “zona nyaman” dalam suatu hubungan. Sebelum memiliki istri, ia berusaha mendapatkan istri yang ideal menurut standar kelelakiannya, dan untuk itu ia rela melakukan apapun demi mendapatkan calon pendamping hidupnya.  Seorang lelaki berusaha mengejar dan mendapatkan perempuan yang menarik dan membuatnya tergila-gila, yang diharapkan menjadi istri. Ia melakukan berbagai usaha agar bisa mendapatkan perempuan tersebut, walau kadang harus bersaing dengan banyak lelaki lain.

Namun setelah memiliki istri, laki-laki mulai memasuki zona nyaman. Ia merasa aman, tidak perlu mengejar atau melakukan usaha untuk mendapatkan pendamping hidup, karena sudah ada di sampingnya. Ketika sudah memasuki zona nyaman dalam hubungan, laki-laki merasa bisa fokus pada hal lain dalam hidupnya tanpa harus memusingkan lagi urusan mencari pendamping hidup. Ia bisa fokus pada karier, pekerjaan, organisasi, hobi, dan lain sebagainya, dan yakin bahwa istri juga nyaman berada di sampingnya.

Pada beberapa kalangan suami, ketika sedang berduaan dengan istri, tidak masalah bila dia asyik membaca koran, menonton berita di TV atau bekerja di laptop, dan istrinya pun asyik membaca buku atau memainkan blackberry. Saling sibuk dan asyik mengerjakan urusan masing-masing, adalah sebuah kedamaian dan kebahagiaan tersendiri bagi beberapa kalangan laki-laki. Baginya, itu sudah lebih dari cukup. Maka laki-laki terkesan berubah menjadi lebih cuek setelah menikah, padahal itu artinya dia sudah merasa nyaman dan stabil dengan istrinya.

Sikap seperti inilah yang oleh kebanyakan istri disebut sebagai tidak romantis dan tidak peduli. Di mata istri, suami kehilangan romantisme setelah berumah tangga, apalagi ketika sudah menempuh masa yang panjang. Padahal suami merasa tidak ada yang berubah dari dirinya. Bahkan dia merasa sudah sedemikian nyaman hidup berumah tangga, dan heran mengapa sang istri masih mencari-cari kekurangannya.


Apa yang Terjadi pada Istri?

Di sisi lain, perempuan memerlukan “perhatian yang konsisten” dalam suatu hubungan. Istri ingin diperlakukan secara romantis, sedikit dicemburui, dirayu, dipuji, butuh bermesraan, dan lain sebagainya. Apalagi bila sebelum menikah dulu si laki-laki sudah tampak romantis, maka perempuan memiliki ekspektasi yang tinggi bahwa suaminya akan semakin romantis setelah menikah. Banyak perempuan menginginkan romance dan drama dalam suatu hubungan, dia ingin melihat suaminya berusaha membahagiakan dirinya. Bahkan cukup dengan melihat usahanya saja, perempuan sudah merasa bahagia. Karena itu, ketika sedang berduaan, wanita akan mengeluh bila suaminya asyik bekerja di laptop atau memainkan blackberry tanpa mempedulikannya.

Ketika istri sedang berduaan dengan suami di rumah dan melihat suami sibuk melakukan aktivitas di komputer atau handphone, istri akan berpikir, “Mengapa aku dicuekin begini? Sudah dia super sibuk, jarang di rumah, begitu di rumah malah asyik dengan aktivitasnya sendiri. Mungkin dia sudah tidak sayang lagi padaku….” Padahal yang ada di dalam pikiran suami adalah, “Ada kamu di sini saja, aku sudah senang. Sekarang aku bisa beraktivitas dengan tenang….”
Istri berpikir, “Kenapa asyik dengan laptop atau handphone saat berduaan dengan aku? Kamu kan bisa melakukan itu saat di kantor. Mengapa engkau tidak peduli kepadaku?” Sementara suami berpikir, “Kenapa harus nungguin aku yang lagi kerja di laptop? Kamu kan bisa mengerjakan hal lain, nonton TV, baca koran atau baca buku atau apapunlah yang menyenangkanmu…”

Apabila berulang kali mengalami kejadian seperti ini, istri akan mulai mengeluh pada suami. Lama kelamaan keluhan ini berubah menjadi tuntutan. Tanggapan suami biasanya tersinggung dan membela diri, karena merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Istri menuduh suami tidak peka, tidak romantis dan tidak pengertian, sedangkan suami menuduh istri banyak menuntut dan mencari-cari masalah. Akibatnya pertengkaran pun terjadi dan saling menyalahkan satu sama lain. Hanya karena keduanya tidak mengerti kebutuhan pasangannya, dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.


Saling Memahami, Saling Kompromi

Dalam kejadian seperti yang dialami oleh Mia dan Bayu di atas, sebenarnya tidak ada yang perlu disalahkan. Keduanya hanya perlu dilatih dan dibiasakan untuk saling mengerti, saling memahami dan saling kompromi. Bila Mia dan Bayu sudah mengerti apa yang dibutuhkan pasangannya, maka solusinya menjadi mudah mereka dapatkan. Yang diperlukan adalah kesediaan suami dan istri untuk selalu berusaha memahami pasangan, dan kemudian menentukan titik kompromi yang paling mungkin atas perbedaan yang terjadi di antara mereka.

Para istri harus mengerti kecenderungan umum laki-laki dalam mengapresiasi sebuah hubungan, demikian pula para suami harus mengerti kecenderungan umum perempuan. Mereka berdua akan lebih mudah menyesuaikan diri, karena mengerti mengapa perbedaan sudut pandang ini bisa terjadi. Kompromi lebih mungkin dilakukan antara suami dengan istri, apabila keduanya sudah saling memahami dengan baik keinginan pasangannya.

Contoh kompromi itu adalah, suami dan istri menyediakan waktu-waktu khusus untuk tidak boleh ada gangguan dalam hubungan. Misalnya hari tertentu atau jam tertentu, suami dan istri tidak disibukkan oleh pekerjaan dan aktivitas masing-masing. Bisa duduk, bercengkerama, bercanda berdua dengan leluasa. Tanpa diganggu handphone, blackberry, laptop, koran, majalah, TV dan lain sebagainya. Waktu-waktu yang istimewa dan spesial, di mana mereka bisa leluasa mengobrol dan memperbincangkan apa saja tanpa diganggu oleh kesibukan masing-masing.

Oleh : Cahyadi Takariawan



posted by @Adimin

Menurut Para Jenderal, Standar Operasi Satgas PKS Sudah Seperti TNI

Written By @Adimin on Sunday, November 17, 2013 | 6:47 PM


Mungkin saya akan memberi sedikit informasi tentang penilaian gerakan organisasi masyarakat dimata para bintang TNI. Ingat dulu; tentang kehebohan kebijakan aturan pelarangan ormas atau satgas partai memakai seragam yang 'mirip' loreng sebuah angkatan di TNI dan aturan latihan semi militer yang dilakukan organisasi masyarakat. Hampir semua pihak membicarakannya, termasuk para bintang di TNI dan pihak ormas seperti FPI, FKPPI, satgas partai PDIP hingga pemuda pancasila. Dan saya tertarik dengan informasi; pendapat dari para bintang TNI.

Berikut pertanyaan yang dijawab mereka;
"Diantara ormas dan satgas yang ada di indonesia yang memiliki kekuatan dan soliditas mirip TNI, siapa saja dan apa saja pak jenderal?"

>"Saya lihat kekuatan dan soliditas itu ada di satgas partai PKS; selama 6 bulan kami memantau dan memberi standar penilaian berdasarkan kebutuhan keputusan; ternyata cuma 'mereka' lah yang terbaik dalam pelatihan dan pembangunan kekuatan soliditas organisasi dan gerakan" (sjafrie sjamsoedin-wamenhan)
 
>"Semua ormas memang lahir dengan tujuannya masing masing; seperti FPI ataupun pemuda pancasila, tapi ada fenomena sebuah gerakan tentang sebuah ormas, yang saya nilai mereka memang patut dicontoh secara organisir gerakan dan soliditas kekuatannya; anda tahu partai PKS, semua database saya miliki termasuk penilaian ketika melakukan aksi, dan memang satgas PKS lah yang terbaik"...
(djoko santoso- mantan panglima TNI)

>"Itu, satgas nya PKS, cuma mereka yang punya standar operasi yang sangat rapi mirip dengan organisasi struktural ala TNI, cuma 'mereka' tidak memiliki loreng ala PP ataupun FKPPI, menurut data yang saya miliki satgas PKS sudah seperti pasukan ala vietkong yang dibentuk melawan amerika'.....
(ryamizard ryacudu- mantan KSAD).....

Lalu pertanyaan kedua; "Kalau mereka terbaik menurutjenderal; mengapa mereka tidak dicurigai dan dianggap 'berbahaya'?"
Saya ambil satu jawaban dari sosok satu ini:

>"Karena mereka bukan preman; kebijakan ini (pelarangann seragam mirip TNI -ed) dibuat untuk membatasi premanisme dengan memakai baju besar atau loreng mereka; sementara organisasi satgas PKS hanya kumpulan kader partai yang terbina dan terdidik; itu menurut kacamata saya setelah sempat menerima informasi dilapangan, toh mereka tidak membangun pos pos keamanan ala ormas yang lain, mereka banyak berguna di masyarakat, itu yang membuat kami harus berpikir ulang seandainya menempatkan 'mereka' dalam zona ormas rapor merah"....
(djoko santoso- mantan panglima TNI)

by: Bang DW

posted by @Adimin

Anis Matta: PKS Ingin Menjadi Bagian Sejarah Perubahan Indonesia

Written By @Adimin on Thursday, November 14, 2013 | 1:11 AM



Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta, menegaskan terkait target tiga besar PKS di Pemilu 2014 bukan sekedar hasrat mengejar kekuasaan semata. Menurut Anis, justru PKS ingin menjadi bagian penting dari sejarah perubahan Republik Indonesia.
 
"Jauh lebih penting di balik kemenangan, kita ingin menjadi bagian penting dari gelombang sejarah perubahan republik ini. Menang Pemilu 2014 hanya pintu masuk ke tujuan lebih besar," kata Anis Matta seperti dilansir kantor berita Antara.

Matta mengemukakan hal itu di hadapan seribuan lebih simpatisan, kader, dan pengurus PKS se-NTB, dalam Dialog Kebangsaan di Convention Hall Paruga Na'e, Bima, NTB, Senin (4/11).
Itu adalah forum rangkaian konsolidasi seluruh elemen PKS se-Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Selain Matta, juga hadir Sekretaris Jenderal DPP PKS, Taufiq Ridho, anggota Komisi III DPR Daerah Pemilihan NTB, Fahri Hamzah, dan legislator Komisi X DPR, Ahmad Zainuddin, dan Ketua DPP Wilda Bali-Nusra, Oktan Hidayat.

Matta mengatakan, PKS harus masuk dalam pusaran gelombang yang sedang berputar di seluruh sendi bangsa. 

"Saat PKS memenangi Pemilu 2014, kita akan punya peran strategis dan kontribusi nyata dalam mengendalikan setiap tahapan sejarah bangsa ini," ujarnya.


posted by @Adimin

Ogah Terima Jabatan

Written By @Adimin on Sunday, November 10, 2013 | 9:04 PM


Khalifah Umar bin Abdul Aziz hatinya gundah. Semalaman dia tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan siapa gerangan yang layak diangkat menjadi hakim di Basrah. Sebagai penguasa, dia harus memastikan bahwa orang yang kelak menduduki kursi jabatan itu harus benar-benar sanggup berdiri tegak di atas keadilan. Menemukan pejabat negara yang tahan ujian dan tidak gila pujian sungguh tidak mudah.

Lama merenung, pikirannya akhirnya tertambat pada dua nama yang dipandang memenuhi fit and proper test sebagai seorang hakim. Kedua sosok itu dikenal tegas dalam kebenaran dan cemerlang dalam pemikiran. Kepada wakilnya, Adi bin Arthah, khalifah lantas memerintahkan supaya dipanggilkan kedua nama itu. Mereka adalah Iyas bin Muawiyah Al-Muzani dan Al-Qasim bin Rabiah Al-Haritsi.

Setelah kedua calon itu menghadap, khalifah lantas menjelaskan maksudnya. Namun, masalah tidak segera tuntas, karena keduanya saling mengunggulkan rekannya. Iyas berkata, “Wahai Amirul Mukminin, tolong Anda tanyakan tentang diriku dan Al-Qasim kepada dua ulama fikih di Irak, yaitu Hasan Al-Bashri dan Muhammad bin Sirin, karena keduanya paling mampu membedakan antara kami berdua.”

Iyas berkata begitu karena tahu bahwa Al-Qasim adalah murid kedua ulama terkenal itu. Dia sendiri tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka. Tetapi, Al-Qasim sudah menangkap ke mana arah pembicaraan Iyas. Al-Qasim yakin, jika Khalifah Umar bin Abdul Aziz sampai berunding dengan kedua gurunya itu, pasti mereka akan memilih dirinya, bukan Iyas.

Segera Al-Qasim menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, jangan Anda tanyakan tentangku pada siapa pun. Demi Allah, Iyas ini orang yang lebih paham tentang agama Allah dan lebih mampu menjadi hakim daripada aku. Bila aku berbohong dalam sumpahku ini, maka Anda tidak pantas memilihku karena itu berarti Anda memberikan jabatan kepada orang yang cacat. Bila aku jujur, Anda tidak boleh mengutamakan orang yang lebih rendah, sedangkan di sini ada yang lebih utama.”

Mendengar itu, Iyas tidak kurang akal. Dia lalu berargumen, “Wahai Amirul Mukminin, Anda memanggil orang untuk dijadikan sebagai hakim. Ibaratnya, Anda sedang meletakkan orang itu di tepi jahanam. Karena itulah Al-Qasim hendak menyelamatkan diri dengan bersumpah palsu, yang bisa dia tebus dengan meminta ampun kepada Allah, sehingga selamatlah dia dari apa yang ditakutkannya.”

Apa jawab Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dikenal adil dan zuhud itu? “Iyas, orang yang mampu berpandangan mulia seperti dirimu inilah yang pantas untuk diangkat menjadi hakim.” Lalu diangkatlah Iyas sebagai hakim di Basrah. Kelak, sejarah mencatat Iyas Al-Qadhi sebagai hakim yang bijaksana dan jujur. Selama menjabat hakim di Basrah, dia mampu memutuskan setiap masalah yang rumit secara cerdas dan sederhana.

Kita tidak usah bermimpi akan mendapati kisah serupa terjadi di zaman sekarang. Bagi orang modern seperti kita, kisah semacam itu hanya isapan jempol. Boleh jadi kita menganggap itu sekadar khayalan indah yang tidak akan terbukti di dunia nyata. Mana ada orang membuang kesempatan emas. Kebanyakan orang justru saling berebut menduduki kursi jabatan elite yang tidak semua orang berkesempatan mendapatkannya.

Orang sekarang sering merasa pandai, tetapi tidak pandai merasa. Apalagi sampai berpikir bahwa jabatan itu amanah. Ah, itu hanya kalimat hikmah saja. Itu cerita jadul alias jaman dulu. Kursi jabatan itu empuk. Kedudukan mentereng itu impian. Kekayaan melimpah itu dambaan. Pamor diri itu prestasi. Sedangkan kesempatan emas tidak datang dua kali. Hanya orang gila yang akan menyiakannya. Pusing amat dengan pendapat orang lain, yang penting kita segera menenggak manisnya harta dan ketenaran.

Tidak sedikit dari kita yang begitu gila harta dan ketenaran. Mudah menghalalkan segala cara supaya lekas sampai tujuan. Apalagi untuk sebuah jabatan atau kedudukan, mana mungkin kita malah menyodorkan nama kawan. Setiap akan digelar pemilihan pemimpin, kita justru sangat rajin mengiklankan diri. Miliaran rupiah kita gelontorkan guna mencetak selebaran dan spanduk berisi gambar kita. Kita poles diri kita demikian rupa agar dapat meraup dukungan. Kita pajang seluruh gelar kita untuk menerbitkan kesan kepintaran. Untuk menarik simpati, kita bumbui dengan sejuta janji indah.

Setiap mencalonkan diri sebagai pemimpin di level mana pun, kita selalu mengaku sebagai yang nomor satu. Menyatakan diri sebagai pemimpin harapan yang akan mengentas segala kesulitan. Untuk meyakinkan orang, di samping gambar kita harus ditempel potret orang-orang terkenal. Entah itu ulama, pimpinan organisasi, elite partai, atau siapa saja. Yang penting mampu mendongkrak perolehan suara kita di ajang pemilihan nanti.

Kita ingin menegaskan bahwa pencalonan kita telah direstui dan didukung oleh tokoh-tokoh yang potretnya nongol di samping gambar kita itu. Lucunya, ada sebuah iklan calon pemimpin yang malah memasang potret tokoh yang sudah almarhum. Mungkinkah tokoh yang berada di ribaan Allah itu masih memberikan restu dan dukungan atas pencalonannya itu?

Di tengah era yang sangat mengagungkan demokrasi ini, rakyat sulit menemukan sosok elite negeri yang menjunjung tinggi moralitas dalam politik. Kepemimpinan bagi kebanyakan elite kita tidak lebih sekadar sarana untuk memperbaiki dapur, memperbesar rumah, ganti mobil, atau menambah pasangan. Itulah profil elite negeri minus nurani dan akal sehat yang setiap hari nongol di media. Masih bisa senyum-senyum saat ditangkap karena ketahuan melakukan korupsi. Kepemimpinan mereka palsu, perjuangan mereka dusta, kecuali untuk membangun kemegahan bagi diri dan keluarga. 


posted by @Adimin

Empati Pemimpin

 

Menurut riwayat Baihaqi dan Ibnu Asakir, Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata, “Di antara keturunanku, ada seseorang yang terdapat bekas luka di wajahnya. Dia adalah orang yang akan menegakkan keadilan di muka bumi.” Siapakah yang diramalkan Umar itu?

Dialah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abi Ash. Lahir di keluarga ulama dan bangsawan, dia mewarisi jiwa kepemimpinan kakek buyutnya, Umar bin Khattab. Ibunya bernama Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Umar bin Abdul Aziz diangkat sebagai gubernur Mekah dan Madinah pada masa Walid bin Abdul Malik, khalifah keenam Bani Umaiyah. Setelah mangkatnya Sulaiman bin Abdul Malik, khalifah ketujuh Bani Umaiyah sekaligus sepupu dari jalur ayahnya, Umar bin Abdul Aziz kemudian diangkat sebagai khalifah kedelapan Bani Umaiyah.

Kelak, sejarah mencatat nama Umar bin Abdul Aziz dengan tinta emas. Sejak menjabat khalifah, dia langsung meninggalkan semua hartanya. Kesederhanaan adalah pilihan hidupnya. Ketika sedang berbincang dengan istrinya di ranjang kamar, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz teringat akhirat. Mukanya berubah pucat, seperti seekor burung yang berada di atas air. Dia lalu duduk, kemudian menangis. Melihat itu, istrinya yang bernama Fatimah bin Abdul Malik berkata, “Seandainya saja jarak antara kami dan tugas kekhalifahan dijauhkan seperti jauhnya jarak antara barat dan timur.”

Umar bin Abdul Aziz tidak merasa enak-enakan memegang tampuk kuasa. Dia mengumpulkan sejumlah ulama fikih di Madinah, seperti Urwah bin Zubair bin Awwam, Ubaidillah bin Atabah, Abu Bakar bin Abdurrahman, Sulaiman bin Yasar, Qasim bin Muhammad Salim bin Abdullah, Abdullah bin Ibnu Amir, Kharijah bin Zaid, Abu Bakar bin Sulaiman, dan Abdullah bin Abdullah Ibnu Umar bin Khattab. Mereka semua diminta menulis setiap kezaliman yang mereka lihat. Padahal keadaan rakyat di bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz sangat sejahtera. Kas negara melimpah. Tanah-tanah ditanami. Sumur-sumur air meruah. Jalan-jalan licin. Masjid-masjid banyak dan ramai. Hebatnya, tidak ada orang miskin yang mau menerima sedekah. Gaji pegawai juga mencapai 300 dinar.

Tidak ditemukan kezaliman menimpa rakyat, karena keadilan sangat dijunjung tinggi. Bahkan, salah seorang pejabat negara bernama Jarah Al-Hukmi pernah dicopot gara-gara mengambil upeti dari orang-orang yang sudah masuk Islam. Padahal, Jarah Al-Hukmi melakukan itu karena paham bahwa orang-orang tersebut masuk Islam semata agar selamat dari kewajiban membayar upeti. Tetapi, ketegasan sang khalifah ternyata tidak tebang pilih. Tidak heran, para ulama sepakat bahwa Umar bin Abdul Aziz merupakan salah seorang Al-Khulafa Ar-Rasyidun. Seperti dikatakan Imam Syafi’i, “Al-Khulafa Ar-Rasyidun itu ada lima. Mereka adalah Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, dan Umar bin Abdul Aziz.”   

Sejarah Islam dipenuhi kisah-kisah heroik dan berpengaruh besar terhadap peradaban. Sekian lama manusia hidup di masa-masa kelam, kehadiran Islam jelas merupakan babak baru sejarah yang memancarkan cahaya benderang. Di balik sejarah gemilang tentu ada sosok-sosok cemerlang di belakangnya. Karena, sejarah terhormat pasti lahir dari aktor-aktor terhormat. Sebaliknya, sejarah menjadi kelam karena dikendalikan aktor-aktor pecundang. Hari ini, umat Islam di seluruh dunia dan Indonesia khususnya, sedang berada di roda bagian bawah sejarah. Kita menanti lahirnya pemimpin-pemimpin besar yang mampu melambungkan umat Islam ke mercusuar peradaban.

Kita merindukan sosok pemimpin yang memiliki kecerdasan brilian dan empati besar semacam empat khalifah pengganti Rasulullah, Said bin Amir Al-Jumahi, Al-Ala Al-Hadhrami, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, Abu Ja’far Al-Mansur, Al-Mahdi, Harun Rasyid, Abdullah Abu Abbas Al-Makmun, dan pemimpin lain sekaliber mereka.

Nabi dan Rasul itu berpikiran brilian, empati mereka besar. Misalnya, dengan kebijakannya yang cerdas, Nabi Yusuf mampu menyelamatkan rakyat Mesir dari bencana kelaparan. Persediaan makanan di gudang negara sangat cukup untuk menghidupi rakyat selama tujuh tahun Mesir dilanda kekeringan. Bahkan, stok kebutuhan pokok itu juga digunakan untuk menyuplai tetangga-tetangga Mesir yang sedang mengalami krisis pangan. Rombongan peminta bantuan berdatangan, termasuk rombongan saudara-saudara Nabi Yusuf dari Palestina yang dulu sangat memusuhinya.

Juga Nabi Musa yang siap pasang badan demi menyelamatkan rakyatnya dari kekejaman Firaun Minephtah. Hati Nabi Musa teriris-iris menyaksikan rakyat Bani Israil di Mesir menjadi bulan-bulanan raja super zalim itu. Sementara, tidak seorang pun berani menentang titah Firaun, termasuk kebijakannya untuk membunuh setiap jabang bayi laki-laki. Rumah-rumah penduduk dimasuki petugas Firaun untuk memeriksa setiap ibu yang baru melahirkan bayi. Kesewenang-wenangan itulah yang menggugah Nabi Musa. Sedari bayi hidup sebagai anak pungut Firaun ternyata tidak menghentikan tekad Nabi Musa untuk menumpas beragam kekejaman Firaun. Semuanya untuk rakyat Bani Israil. 

Pemimpin besar terbukti mampu memposisikan perasaan dan keadaan dirinya seperti perasaan atau keadaan rakyat yang dipimpinnya. Itulah pemimpin yang memiliki empati. Tentu empati tidak hanya didasarkan atas kekayaan, jabatan, keturunan, kepintaran, dan prestasi seseorang. Bagi pemimpin besar, simbol-simbol bersifat keduniaan itu sudah melebur dalam dirinya, berganti rasa kepedulian dan kasih sayang. Kepada siapa pun, termasuk kalangan jelata sekali pun, pemimpin besar tidak akan berlaku pilih kasih. Tidak kenal istilah pandang bulu. Pemimpin besar sangat mencintai sekaligus dicintai rakyatnya.

Ada kisah mengharukan yang terjadi pada awal-awal Islam datang di Mekah. Selain Khadijah binti Khuwailid, Waraqah bin Naufal, Ali bin Abu Thalib, Abu Bakar As-Shiddiq, beberapa orang miskin, seperti Zaid bin Haritsah, Said bin Abu Waqqas, Ibnu Mas’ud, dan Bilal bin Rabah juga menyatakan keimanan kepada Rasulullah. Tetapi ketika mereka berkumpul bersama Rasulullah, para pembesar dari kalangan kafir Mekah datang dan berkata, “Usirlah mereka dari kami!” Tampaknya mereka merasa tidak level duduk satu majelis dengan orang-orang rendahan itu. Apa jawab Rasulullah? Beliau membacakan firman Allah yang seketika itu turun sebagai jawaban atas penghinaan kafir Mekah kepada orang-orang yang sebenarnya sangat mulia di sisi Allah itu.

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikit pun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).” [QS Al-An’am/6: 52].

Pemimpin sekarang harus menakar kebesarannya. Memimpin tidak cukup hanya bermodal uang, popularitas, citra, apalagi tampang. Selain kecerdasan, empati yang besar mutlak diperlukan dalam tugas kepemimpinan. Dengan demikian, tidak akan ada rakyat yang menjadikan pemimpin sebagai sasaran kebencian dan hinaan. Pejabat di bawahnya juga akan bekerja secara benar, jujur, dan ikhlas. Seluruh rakyat merasa senang dan bangga karena memiliki pemimpin yang sangat peduli dengan kehidupan dan kesejahteraan mereka. 


posted by @Adimin

Kasus Import Sapi, Cerita Sampah yang Menghebohkan

Written By @Adimin on Wednesday, November 6, 2013 | 8:50 PM

 

Seluruh tersangka kasus import sapi seperti Fatonah dan Indoguna sudah divonis dipengadilan Tipikor. Tinggal LHI yang belum divonis. Namun sepertinya sidang-sidang LHI memasuki tahap akhir.

Awal kasus ini terungkap hebohnya sangat luar biasa dari uang 1,3 milyar, 17 milyar hingga 40 milyar. Lalau kemama uang itu mengalir ?

Sampai sidang-sidang terakhir tak satu pun uang itu yang mengalir ke LHI dan PKS. 1,3 milyar ternyata negoisasi pribadi Fatonah kepada Indoguna. Tidak ada permintaan dan aliran uang ke LHI dan PKS. Semua berakhir di Fatonah.

Saat Fatonah ditangkap, memang ada sadapan telpon bahwa Fatonah menelpon LHI, namun isinya berupa pembicaraan “ada yang menggembirakan”. Namun maksudnya apa semua masih multitafsir. Ketika ditanya majlis hakim, Fatonah mengakui bahwa LHI tidak tahu sama sekali tentang 1 milyar tersebut dan Fatonah mengakui hanya mencatut LHI saja.

Soal 17 milyar dan 40 milyar, ternyata berdasarkan sadapan telpon uangnya justru dibawa oleh Sengman yang merupakan orang dalam lingkaran Istana. Namun sayang KPK dan majlis hakim tidak mau dan tidak berminat untuk menggali cerita soal Sengman. Walau di BAP nama Sengman juga disebutkan.

Fatonah ternyata punya hutang ke LHI, sehingga segala aliran uang ke LHI dianggap sebagai aliran pembayaran hutang dari Fatonah. Lalu dimana cerita Suap, Korupsi dan Gratifikainya ?

Ya…semua hanya cerita untuk menghebohkan media saja….

Oleh Nasrullah MU

posted by @Adimin

Mahyeldi-Emzalmi Peroleh Suara Terbanyak Pilkada Padang

Written By @Adimin on Tuesday, November 5, 2013 | 7:26 PM



Padang, MinangkabauNews -- Calon Walikota Padang 'Incumbent' H. Mahyeldi Ansharullah,SP yang berpasangan dengan Mantan Sekretaris Kota Padang, Ir. H. Emzalmi,MSi memperoleh suara terbanyak pada Pilkada Kota Padang 30 Oktober 2013, sebanyak 92.214 suara.

Hasil pleno terbuka rekapitulasi suara KPU Kota Padang yang diselenggarakan di Hotel Grand Inna Muara, Senin, (4/11). hasil rekapitulasi dari 11 PPK di Kota Padang yakni Kecamatan Padang Selatan, Padang Utara, Padang Barat, Padang Timur, Bungtekab, Padang timur, Lubuk Kilangan, Kuranji, Koto Tangah dan Lebuk Begalung,

Hasil rekapitulasi saura adalah sebagai berikut Pasangan nomor urut 1 Emma Yohana – Wahyu Iramana Putra mendapat 25599 suara (8,14 persen) dan pasangan nomor urut dua Michele Elqudsyi – Januardi Sumka mendapat 15.745 suara (15,55 persen).

Selanjutnya, paslon perseorangan nomor urut tiga Desri Ayunda – James Hellward mendapat 59.485 suara (9,14 persen), pasangan nomor urut 4, Asnawi Bahar – Surya Budi mendapat 12.626 suara (4,03 persen) pasangan nomor urut 5, Ibrahim – Nardi Gusman mendapat 14.845 suara (4,74 persen), pasangan nomor urut 6, Kandris – Indra Dwipa mendapat 13.762 suara (4,38 persen), pasangan nomor urut 7, Maygus Nasir - Armalis mendapat 36.465 suara (11,64 persen), pasangan nomor urut 8 Indra Jaya –Yefri Hendri Darmi mendapat 4470 suara (1,43 persen), pasangan nomor urut 9 Syamsuar Syam – Mawardi Nur mendapat 4616 suara (1,47 persen) serta pasangan nomor urut 10, Mahyeldi - Emzalmi mendapat 92.214 suara (29,45 persen).

Pembacaan hasil rekapitulasi suara hasil Pilkada Kota Padang dalam rapat pleno terbuka KPU Kota Padang tersebut disampaikan masing-masing PPK dari 11 kecamatan di Kota Padang dan disaksikan anggota KPU Kota Padang dan unsur pimpinan daerah Kota Padang.

Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU Kota Padang tersebut, pasangan nomor urut satu unggul di semua kecamatan atau di semua PPK di Kota Padang.

Ketua KPU Kota Padang, Alison mengatakan setelah ditetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tersebut, bagi para pasangan calon yang merasa keberatan diberikan kesempatan untuk menyampaikan keberatan.

"Kami persilahkan kalau merasa keberatan ditulis di form keberatan DB2-KWK.KPU dan setelah ini akan ada tanggapan dari saksi," kata Alison saat menjawab hujan intruksi dari masing-masing saksi paslon.

Dalam pleno KPU tersebut salah satu saksi dari pasangan calon mentakan bawhawa Pilakda cacat makanya papun yang dihasilkan juga menimbulkan kecacatan, seperti maslah indikasi penggelembungan suar di Lubeg dan Nanggalo yang merugikan paslon lain.

Rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat KPU Kota Padang dihadiri Walikota Padang, DR. H. Fauzi Bahar, pejabat Kota Padang serta para tim sukses enam pasangan calon pada Pilkada Kota Padang - See more at: http://minangkabaunews.com/artikel-4245-mahyeldiemzalmi-peroleh-suara-terbanyak-pilkada-padang.html#sthash.tvNzrBMh.dpuf
pkspadang.com - Calon Walikota Padang 'Incumbent' H. Mahyeldi Ansharullah,SP yang berpasangan dengan Mantan Sekretaris Kota Padang, Ir. H. Emzalmi,MSi memperoleh suara terbanyak pada Pilkada Kota Padang 30 Oktober 2013, sebanyak 92.214 suara.

Hasil pleno terbuka rekapitulasi suara KPU Kota Padang yang diselenggarakan di Hotel Grand Inna Muara, Senin, (4/11). hasil rekapitulasi dari 11 PPK di Kota Padang yakni Kecamatan Padang Selatan, Padang Utara, Padang Barat, Padang Timur, Bungtekab, Padang timur, Lubuk Kilangan, Kuranji, Koto Tangah dan Lebuk Begalung,

Hasil rekapitulasi saura adalah sebagai berikut Pasangan nomor urut 1 Emma Yohana – Wahyu Iramana Putra mendapat 25599 suara (8,14 persen) dan pasangan nomor urut dua Michele Elqudsyi – Januardi Sumka mendapat 15.745 suara (15,55 persen).

Selanjutnya, paslon perseorangan nomor urut tiga Desri Ayunda – James Hellward mendapat 59.485 suara (9,14 persen), pasangan nomor urut 4, Asnawi Bahar – Surya Budi mendapat 12.626 suara (4,03 persen) pasangan nomor urut 5, Ibrahim – Nardi Gusman mendapat 14.845 suara (4,74 persen), pasangan nomor urut 6, Kandris – Indra Dwipa mendapat 13.762 suara (4,38 persen), pasangan nomor urut 7, Maygus Nasir - Armalis mendapat 36.465 suara (11,64 persen), pasangan nomor urut 8 Indra Jaya –Yefri Hendri Darmi mendapat 4470 suara (1,43 persen), pasangan nomor urut 9 Syamsuar Syam – Mawardi Nur mendapat 4616 suara (1,47 persen) serta pasangan nomor urut 10, Mahyeldi - Emzalmi mendapat 92.214 suara (29,45 persen).
Pembacaan hasil rekapitulasi suara hasil Pilkada Kota Padang dalam rapat pleno terbuka KPU Kota Padang tersebut disampaikan masing-masing PPK dari 11 kecamatan di Kota Padang dan disaksikan anggota KPU Kota Padang dan unsur pimpinan daerah Kota Padang.

Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU Kota Padang tersebut, pasangan nomor urut satu unggul di semua kecamatan atau di semua PPK di Kota Padang.

Ketua KPU Kota Padang, Alison mengatakan setelah ditetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tersebut, bagi para pasangan calon yang merasa keberatan diberikan kesempatan untuk menyampaikan keberatan.

"Kami persilahkan kalau merasa keberatan ditulis di form keberatan DB2-KWK.KPU dan setelah ini akan ada tanggapan dari saksi," kata Alison saat menjawab hujan intruksi dari masing-masing saksi paslon.

Dalam pleno KPU tersebut salah satu saksi dari pasangan calon mentakan bawhawa Pilakda cacat makanya papun yang dihasilkan juga menimbulkan kecacatan, seperti maslah indikasi penggelembungan suar di Lubeg dan Nanggalo yang merugikan paslon lain.

Rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat KPU Kota Padang dihadiri Walikota Padang, DR. H. Fauzi Bahar, pejabat Kota Padang serta para tim sukses enam pasangan calon pada Pilkada Kota Padang
.
Padang, MinangkabauNews -- Calon Walikota Padang 'Incumbent' H. Mahyeldi Ansharullah,SP yang berpasangan dengan Mantan Sekretaris Kota Padang, Ir. H. Emzalmi,MSi memperoleh suara terbanyak pada Pilkada Kota Padang 30 Oktober 2013, sebanyak 92.214 suara.

Hasil pleno terbuka rekapitulasi suara KPU Kota Padang yang diselenggarakan di Hotel Grand Inna Muara, Senin, (4/11). hasil rekapitulasi dari 11 PPK di Kota Padang yakni Kecamatan Padang Selatan, Padang Utara, Padang Barat, Padang Timur, Bungtekab, Padang timur, Lubuk Kilangan, Kuranji, Koto Tangah dan Lebuk Begalung,

Hasil rekapitulasi saura adalah sebagai berikut Pasangan nomor urut 1 Emma Yohana – Wahyu Iramana Putra mendapat 25599 suara (8,14 persen) dan pasangan nomor urut dua Michele Elqudsyi – Januardi Sumka mendapat 15.745 suara (15,55 persen).

Selanjutnya, paslon perseorangan nomor urut tiga Desri Ayunda – James Hellward mendapat 59.485 suara (9,14 persen), pasangan nomor urut 4, Asnawi Bahar – Surya Budi mendapat 12.626 suara (4,03 persen) pasangan nomor urut 5, Ibrahim – Nardi Gusman mendapat 14.845 suara (4,74 persen), pasangan nomor urut 6, Kandris – Indra Dwipa mendapat 13.762 suara (4,38 persen), pasangan nomor urut 7, Maygus Nasir - Armalis mendapat 36.465 suara (11,64 persen), pasangan nomor urut 8 Indra Jaya –Yefri Hendri Darmi mendapat 4470 suara (1,43 persen), pasangan nomor urut 9 Syamsuar Syam – Mawardi Nur mendapat 4616 suara (1,47 persen) serta pasangan nomor urut 10, Mahyeldi - Emzalmi mendapat 92.214 suara (29,45 persen).

Pembacaan hasil rekapitulasi suara hasil Pilkada Kota Padang dalam rapat pleno terbuka KPU Kota Padang tersebut disampaikan masing-masing PPK dari 11 kecamatan di Kota Padang dan disaksikan anggota KPU Kota Padang dan unsur pimpinan daerah Kota Padang.

Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU Kota Padang tersebut, pasangan nomor urut satu unggul di semua kecamatan atau di semua PPK di Kota Padang.

Ketua KPU Kota Padang, Alison mengatakan setelah ditetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara tersebut, bagi para pasangan calon yang merasa keberatan diberikan kesempatan untuk menyampaikan keberatan.

"Kami persilahkan kalau merasa keberatan ditulis di form keberatan DB2-KWK.KPU dan setelah ini akan ada tanggapan dari saksi," kata Alison saat menjawab hujan intruksi dari masing-masing saksi paslon.

Dalam pleno KPU tersebut salah satu saksi dari pasangan calon mentakan bawhawa Pilakda cacat makanya papun yang dihasilkan juga menimbulkan kecacatan, seperti maslah indikasi penggelembungan suar di Lubeg dan Nanggalo yang merugikan paslon lain.

Rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan suara di tingkat KPU Kota Padang dihadiri Walikota Padang, DR. H. Fauzi Bahar, pejabat Kota Padang serta para tim sukses enam pasangan calon pada Pilkada Kota Padang - See more at: http://minangkabaunews.com/artikel-4245-mahyeldiemzalmi-peroleh-suara-terbanyak-pilkada-padang.html#sthash.tvNzrBMh.dpuf

posted by @Adimin

Momentum Tahun Baru Hijriyah 1435 H

Written By @Adimin on Monday, November 4, 2013 | 3:04 AM


Tidak terasa beberapa hari lagi kita umat islam akan memasuki tahun baru Hijriah  1435 H. Rasanya  peringatan tahun baru hijriah ini kurang diingat, khususnya bagi umat muslim. Sesungguhnya momentum pergantian tahun ini sudah sepantasnya memberikan makna semangat baru untuk berbuat amal kebajikan, untuk  bekal menghadap sang Ilahi.
  
Selain itu peringatan tahun baru ini memberikan  keyakinan bahwa waktu merupakan merefleksikan diri dalam kehidupan dunia yang akan dipertangungjawabkan di akhirat kelak. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Quran yang berbunyi artinya, “Adalah orang yang merugi jika hari ini sama dengan hari kemarin dan hari esok lebih buruk dengan hari ini. Dan kamu akan termasuk kaum yang beruntung jika hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.”

Pemahaman itu memberikan keyakinan bagi kita bahwa waktu bukan sekadar kumpulan angka-angka yang tertera pada jarum jam atau di kalender. Tetapi waktu adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kepada  Allah SWT, Sang Pemilik Zaman.

Memaknai pergantian tahun itu sebagai momentum perubahan budaya secara individual (ibda’ binafsih), keluarga dan masyarakat yang selama tahun sebelumnya mungkin masih ada kekurangan atau kealpaan, diarah lebih baik di masa mendatang. Perubahan ini bisa terjadi apabila setiap jiwa umat Islam mampu ‘menghijrahkan’ seluruh kekuatannya (pemikiran dan tindakannya) bagi kemajuan dalam kehidupan secara pribadi.

Perubahan yang dimulai dari rumah tangga dan dilanjutkan  melalui lembaga pendidikan akan membawa dampak positif sejalan dengan perkembangan. Semua itu harus dimulai dari sekarang sebagai menciptakan generasi  muda Islami yang mampu melakukan perubahan dalam kehidupan. Sebab sudah digariskan dalam Islam bahwa“Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang akan mengubahnya”.

Karena itu ada tidaknya perubahan dalam kehidupan seseorang atau kelompok masyarakat sangat tergantung pada individu atau kelompok tersebut. Itu langkah minimal yang sejatinya dilakukan setiap muslim dalam memaknai pergantian tahun ini.
Intinya, Islam juga mengajarkan, bahwa hari-hari yang dilalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Setiap Muslim dituntut untuk selalu berprestasi, yaitu menjadi lebih baik dari hari ke hari, begitu seterusnya.

Dengan keyakinan itu, maka orientasi kerja-kerja keduniaan yang selama ini kita lakukan patut kiranya di tahun 1435 H kita rubah berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan (ma’rufat) dan membersihkannya dari pelbagai kejahatan (munkarat).

Dalam hal ini, ma’rufat mencakup segala kebajikan (virtues) dan seluruh kebaikan (good qualities) yang diterima oleh manusia sepanjang masa, sedangkan munkaratmenunjuk pada segenap kejahatan dan keburukuan yang selalu bertentangan dengan nurani manusia.
Nilai kebaikan bisa diejawantahakn dengan bekerja berprinsip nilai kejujuran dan profesionalitas. Sikap jujur sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW agar dapat berperilaku yang baik dengan “menjauhi dusta karena dusta akan membawa kepada dosa dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur karena jujur akan membawamu kepada kebajikan dan membawamu ke surga.” (HR Bukhari dan Muslim).

Pribadi yang jujur merupakan roh kehidupan yang teramat fundamental, karena setiap penyimpangan dari prinsip kejujuran pada hakikatnya akan berbenturan dengan suara hati nurani. Seperti contoh, para penyelenggara negara pada setiap aktivitas dalam rangka melayani masyarakat tentunya tidak menanggalkan prinsip kejujuran.

Dengan pemahaman itu, maka sepatutnya pergantian tahun baru Hijriah 1435  ini kita jadikan sebagai momentum mengubah diri menuju perubahan dalam segala bidang sebagai upaya penyatuan umat Islam Indonesia. Momentum hijriyah ini dinilai tepat untuk mengukit prestasi secara individu serta kelompok.

sumber : re

posted by @Adimin
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PKS Padang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger