Home » , , » Jiwa Kepeloporan dan Semangat Berkorban

Jiwa Kepeloporan dan Semangat Berkorban

Written By @Adimin on Friday, September 25, 2015 | 8:00 PM



Khutbah Idul Adha 1436 H
Jiwa Kepeloporan dan Semangat Berkorban :
Refleksi Kisah Nabi Ibrahim dan Keluarga Bagi Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara
Oleh: Mohamad Sohibul Iman, Ph.D

Maasyirol Muslimin, jamaah Shalat Iedul Adha yang dimuliakan Allah
Pada hari ini sebagian besar ummat Islam melantunkan Takbir, Tahlil, dan Tahmid menandakan pelaksanaan Iedul Qurban atau Iedul Adha di tempat masing-masing. Dan jutaan ummat Islam yang mampu secara moril dan materil sedang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci. Langit membahana karena lantunan Takbir, Tahlil, dan Tahmid, dan bumi bergetar karena pergerakan jamaah haji. Dan nanti selepas Shalat Ied ditambah selama hari-hari tasyrik(11-13 Dzulhijjah) kita akan melaksanakan pemotongan hewan qurban. Semua itu kita maksudkan sebagai bentuk ketaatan dan pengabdian kita kepada Sang Pencipta, Allah swt, sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab sosial kita, yang pada akhirnya demi menggapai keluhuran penciptaan kita sebagai hamba dan khalifah Allah di dunia ini.
Tiap kali Iedul Adha atau Iedul Qurban datang kita selalu mendengar kisah tentang perjuangan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Kisah itu demikian seringnya kita dengar sehingga hampir tidak ada seorang pun di antara kaum muslimin yang tidak mengetahui kisah tersebut. Kisah Nabi Ibrahim adalah kisah perjuangan sebuah keluarga pejuang yang sangat gigih dan penuh dedikasi. Kisah pribadi dan keluarga yang diisi dengan aneka pengorbanan.
Perjuangan dan pengorbanan tersebut akhirnya mengantarkan Ibrahim dan keluarganya sebagai sosok fenomenal yang namanya diabadikan dalam sejarah manusia. Bahkan jejak-jejak perjuangan dan pengorbanan mereka diperingati, dirayakan, ditelusuri, dan dihayati lewat ibadah haji dan peringatan Iedul Qurban.
Al Quran sendiri menggambarkan sosok Ibrahim sebagai Imam bagi sekalian ummat manusia karena keberhasilannya melaksanakan beragam perintah dan cobaan dari Allah SWT sebagaimana tertuang dalam Surat Al Baqarah ayat 124:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (beragam perintah/ujian) lalu dia melaksanakannya dengan sempurna, lalu Allah berfirman: Sesunguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: Dan juga dari anak cucuku? Allah berfirman: janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang dhalim”
Seperti sudah kita ketahui bersama beragam perintah Allah dan ujian yang diterima Nabi Ibrahim diantaranya adalah ketika beliau harus berhadapan dengan Raja Namrud dan rakyatnya yang tidak mengakui ajaran Tauhid sehingga beliau harus menghadapi hukuman dibakar hidup-hidup. Tapi dengan keyakinan yang kuat beliau bertahan dalam keyakinannya dan akhirnya Allah berikan pertolongan sehingga api tidak mampu membakar dirinya.
Kami (Allah) berfirman: wahai api, jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim.” (Q.S. Al Anbiya ayat 69).

Allahu Akbar 3x, walillahilhamd
Walaupun raja dan masyarakatnya mengingkari ajaran Tauhid tapi Nabi Ibrahim tetap gigih memelopori gerakan Tauhid dengan segala resikonya. Inilah satu keteladanan dalam kepeloporan melakukan kebaikan-kebaikan di tengah masyarakat. Tentu saja jiwa kepeloporan ini tidak akan pernah tegak bila tidak dilandasi kesiapan untuk berkorban. Memang Nabi Ibrahim sudah memiliki jiwa kepeloporan dan jiwa berkorban sejak masa mudanya.
Spirit kepeloporan dan jiwa berkorban terus ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim ketika beliau diminta Allah SWT untuk mengungsikan dan merelakan istri dan anaknya yang masih bayi di suatu tempat yang belum ada penghuninya. Apalagi kemudian ketika anak beranjak dewasa ternyata beliau diperintahkan untuk menyembelih putra tercintanya tersebut. Dan beliau melaksanakan semua perintah tersebut dengan baik dan sempurna.
Bersamaan dengan pemenuhan semua perintah tersebut ternyata selalu datang pertolongan Allah SWT. Putera tercinta yang hendak disembelih ternyata diganti Allah dengan seekor kambing yang sehat. Dan tanah gersang yang tidak berpenghuni tempat istri dan anaknya itu diungsikan dan ditempatkan ternyata menjadi tanah yang memberikan beragam kemamkmuran hingga hari ini. Dan bahkan dijadikan tanah suci ummat Islam yang setiap saat didatangi jamaah haji dan umrah.
Subhanallah, buah dari jiwa kepeloporan dan jiwa berkorban membuahkan berkah yang luar biasa dalam jangka panjang bahkan menghadirkan beragam kekaguman seperti air zam zam yang tidak pernah kering walau digunakan oleh jamaah haji dan umrah setiap saat. Ini menjadi daya Tarik kajian tersendiri bagi para ilmuwan dunia.

Allahu Akbar 3x, walillahilhamd
Dalam kehidupan kita hari ini seharusnya kita dapat meneladani spirit kepeloporan dan jiwa berkorban Nabi Ibrahim dan keluarganya. Terlebih di zaman yang semakin materialistis, segala hal cenderung dinilai dengan ukuran materi, serta cenderung mengutamakan kepentingan pribadi, spirit kepeloporan dalam melakukan kebaikan dan kehendak untuk berkorban harus makin digelorakan.
Banyak di antara kita yang tidak mau melakukan kebaikan atau mentaati satu aturan hanya karena melihat orang lain tidak melakukannya. Kita tidak mau tertib di jalan raya, hanya karena orang lain juga ugal-ugalan. Kita tidak mau buang sampah pada tempatnya hanya karena orang lain juga buang sampah sembarangan. Kita tidak mau bekerja keras di kantor hanya karena orang lain juga leha-leha. Kita tidak mau menolak suap dan lain-lain hanya karena tahu bahwa orang lain juga banyak yang menikmati suap. Kita tidak mau belajar optimal sebagai pelajar dan mahasiswa hanya karena melihat bahwa belajar malas pun kenyataannya lulus.
Ada ilmuwan muslim yang mensinyalir bahwa rendahnya spirit kepeloporan dan jiwa berkorban ummat Islam disebabkan pemahaman yang keliru tentang makna hidup berjamaah. Karena merasa berjamaah, ummat Islam cenderung menjadikan segala urusan kebaikan sebagai fardlu kifayah (kewajiban kolektif): kalaupun saya tidak melakukannya, toh ada orang lain yang melakukannya. Pikiran seperti ini hinggap di semua kaum muslimin sehingga semua urusan kebaikan menjadi terbengkalai, tidak ada yang mengerjakan. Sungguh tragis.
Sebaliknya di masyarakat yang individualis, yang sering kita anggap masyarakat yang buruk, ternyata mereka memiliki pemikiran yang bagus terkait kerja-kerja kebaikan kolektif. Mereka selalu berfikiran kalau bukan saya yg tertib di jalan raya, lalu siapa lagi yang akan mentaati aturan lalu lintas? Kalau bukan saya yg bekerja dengan baik di kantor, lalu siapa yang akan kita harapkan? Dan seterusnya. Bisa dikatakan justru mereka memiliki sikap menjadikan segala kebaikan sebagai fardhu ain atau kewajiban pribadi masing-masing. Itulah mengapa di negara-negara yang individualis justru spirit kepeloporan dan jiwa berkorban malah tinggi. Akibatnya ketertiban dan keteraturan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara relatif lebih baik.

Allahu Akbar 3x, walillahilhamd
Jamaah Shalat Iedul Adha yang mengharap ridha Allah
Marilah kita sebagai kaum yang beriman, yang memiliki nilai-nilai ajaran yang luhur dalam kebaikan-kebaikan untuk meningkatkan spirit kepeloporan dan jiwa berkorban.
  1. Mari tingkatkan keimanan kita kepada Allah SWT sebagai landasan motivasi dan penguat agar kita dapat istiqomah dalam melakukan kebaikan-kebaikan.
  2. Yakinlah bahwa tidak ada ruginya kita melakukan kebaikan-kebaikan di tengah lalainya orang lain mengerjakan kebaikan-kebaikan. Kita harus percaya segala kebaikan yang kita lakukan akan berbuah kebaikan pula baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain, baik saat ini maupun di masa mendatang.
“Tiadalah satu kebaikan yang kita kerjakan kecuali akan berbuah kebaikan pula”.
Bahkan dalam ajaran Islam, kebaikan akan berbalas 10x bahkan lebih:
“Barang siapa mengerjakan kebaikan maka akan mendapat balasan sepuluh kali lipat, dan barang siapa yang melakukan keburukan maka baginya sebesar keburukan itu dan dia tidak akan didhzolimi.” (Q.S. Al An’am ayat 160).
  1. Milikilah prinsip kepeloporan seperti ini:
Jika ada seribu orang yang melakukan kebaikan maka aku salah satunya
Jika ada seratus orang yang melakukan kebaikan maka aku ada di garis depan
Jika ada sepuluh orang yang melakukan kebaikan maka akulah pemimpinnya
Jika hanya satu orang yang melakukan kebaikan maka itulah aku

Allahu Akbar 3x, walillahilhamd
Jamaah Shalat Iedul Adha yang mengharap ridha Allah
Sebagai penutup marilah berdoa kepada Allah SWT.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang zhalim dan kafir.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.


posted by @Adimin
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PKS Padang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger