Home » , » “Selamatkan Indonesia dengan al-Quran: Pilih Presiden Cinta al-Quran!” (3)

“Selamatkan Indonesia dengan al-Quran: Pilih Presiden Cinta al-Quran!” (3)

Written By @Adimin on Friday, April 4, 2014 | 5:00 PM



Kita sepertinya nyaris tak mendengar lagi politisi muslim yang secara terbuka mengupas kebobrokan pemikiran dan sistem kehidupan sekuler; yang menyatakan akan berjuang sekuat tenaga dalam menegakkan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan negara, jika mereka menduduki pos-pos kekuasaan. Jika politik semakin kehilangan wacana ideologis keislaman, maka dikhawatirkan, aspek-aspek pragmatisme akan semakin mendominasi. Jiwa pengorbanan akan sirna sejalan dengan merebaknya penyakit gila dunia.

Pada saat yang sama, kekuatan politik internal umat Islam, kini diwarnai dengan fragmentasi antar pegiat dakwah, dengan maraknya pendapat-pendapat yang mengharamkan keterlibatan kaum Muslimin ke dalam sistem parlemen bahkan pemerintahan, karena sistem ini dinilai sebagai sistem kufur. Di era Partai Islam Masyumi dulu, pendapat semacam ini tidak muncul. Para tokoh Islam bersepakat  “demokrasi” bukan merupakan sistem yang ideal. Tetapi, mereka menempuh cara-cara konstitusional untuk mengubah secara gradual sistem yang tidak ideal;  dari sistem demokrasi sekuler  menuju sistem dan kehidupan masyarakat yang lebih Islami.

Tujuannya sangat jelas: bagaimana mewujudkan tujuan perjuangan, yakni menjadikan Indonesia sebagai negeri Muslim yang menerapkan ajaran Islam dalam tataran individu, masyarakat, dan negara. Inilah yang dulu ditegaskan dalam tujuan perjuangan politik Partai Islam Masyumi, yakni:  ”Terlaksananya ajaran dan hukum Islam, di dalam kehidupan orang seorang , masyarakat dan negara Republik Indonesia, menuju keridhaan Ilahi.” (Anggaran Dasar Partai Masjumi, Pasal III).

Sebagai bagian kewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan taushiyah sesama Muslim, maka kita perlu mengimbangi dominasi wacana politik sekuler dengan menggelorakan terus-menerus wacana politik berbasis al-Quran.  Wacana politik sekuler yang hanya menekankan aspek materi dan duniawi, akan semakin menjauhkan bangsa muslim terbesar ini dari nilai-nilai dan ajaran Ilahi yang mengutamakan pembangunan iman dan taqwa. Padahal, Al-Quran sudah dengan tegas memberi kabar kepada bangsa kita semua, bahwa jika penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, maka pasti akan dikucurkan barakah Allah dari langit dan bumi.

Kita perlu mengoreksi konsep dan aplikasi pembangunan nasional yang terlalu dominan menekankan aspek dunia dan meteri serta mengabaikan pembangunan jiwa. Padahal, perintah Allah sangat jelas: “Sungguh beruntung manusia yang mensucikan jiwanya dan sungguh celaka, manusia yang mengotori jiwanya!”  (QS: 91:9-10). Pembangunan jiwa berdasarkan iman dan taqwa inilah yang seharusnya menjadi program utama pembangunan manusia Indonesia, sehingga tidak menjadikan manusia Indonesia sebagai manusia yang serakah dan sombong, yang dengan beraninya menolak konsep-konsep kehidupan yang bersumberkan pada wahyu Allah Subhanahu Wata’ala. Misi Ilahi inilah yang perlu digaungkan sekuat-kuatnya oleh para politisi Muslim dan partai Islam.

Karena itu, dengan niat beribadah karena Allah, dalam rangka kecintaan kita kepada negeri amanah Allah ini, agar tidak mendapatkan murka dan azab dari Allah Subhanahu Wata’ala —  karena mengingkari asas iman dan taqwa –  maka tidak berlebihan kiranya jika kita berusaha sekuat tenaga untuk  meneguhkan komitmen kita bersama, melanjutkan amanah perjuangan menegakkan misi kenabian; berusaha menyadarkan diri, keluarga, dan bangsa kita agar bersedia hidup DI BAWAH NAUNGAN AL-QURAN, menjunjung tinggi prinsip iman dan taqwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kita dicipta Allah dan kini ada di Indonesia, bukan tanpa makna. Kita dicipta untuk melanjutkan amanah risalah Sang Nabi tercinta. Kita hanyalah satu mata rantai dari serangkaian derap langkah panjangnya para Nabi utusan Yang Maha Kuasa. Kita tatap dengan semangat dan penuh optimis masa depan perjuangan Islam di Indonesia. Kita arahkan pandangan kita ke ufuk cakrawala yang jauh, tanpa mengabaikan realitas kondisi dan sitausi yang terjadi. Realitas penting untuk menjadi pertimbangan kita. Tetapi, misi abadi kenabian, penegakan kalimah Tauhid dan menebar rahmat ke seluruh alam, tidak boleh tenggelam oleh kepentingan pragmatis kekuasaan semata.

“Dialah Allah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan ad-Din yang Haq untuk dimenangkan atas berbagai agama lainnya, walaupun kaum musyrik membencinya.” (QS: ash-Shaf:9).

Ibrahim (a.s.) memang diusir dan dibakar oleh sang penguasa. Tapi, al-Quran lebih membela Ibrahim, dan sama sekali tidak bersimpati kepada raja yang musyrik dan zalim. Meskipun Firaun jauh lebih kuat dari Musa (a.s.), tapi al-Quran tidak pernah sedikit pun memberikan pujian untuk Fir’aun. Ketika kecil dan ketika kuat, Daud a.s. tetap dipuji karena keteguhannya memperjuangkan kalimah Tauhid. 

Jika tidak ingin dimusuhi kaumnya yang musyrik, logikanya, lebih aman dan nyaman, jika Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi Wassalam tidak mendahulukan seruan tauhidnya dan mengkritisi kemusyrikan yang telah menjadi tradisi bangsanya. Meskipun ditentang keras, dimusuhi, diboikot, diancam dibunuh, dan sebagainya, Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam tetap mengajak kaumnya untuk meninggalkan agama mereka yang syirik dan memeluk Islam, mengakui Allah sebagaisatu-satunya Tuhan dan mengakui Muhammad saw sebagai utusan-Nya yang terakhir.

Mungkin, jika ingin dakwahnya diterima secara luas, tidak dimusuhi kaum dan keluarganya sendiri, dan bisa hidup lebih nyaman, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam hanya akan mengangkat isu-isu ekonomi dan  kesejahteraan, dengan – misalnya — membentuk semacam koperasi atau Perseroan Terbatas. Bangsa Arab akan menerima ajakan itu, karena Rasulullah saw juga pedagang yang sukses dan manusia terpercaya. Meski pun al-Quran memerintahkan kepedulian sosial yang tinggi sejak dakwah di periode awal di Makkah, tetapi seruan untuk menegakkan Tauhid adalah isu utama dalam dakwah Nabi.

Dan umat manusia menjadi saksi, di tengah ancaman, makian, hujatan, dan kesulitan hidup, Nabi Shallalu ‘alaihi Wassallam tetap tegar dalam menggaungkan tegaknya Tauhid. Sebab, hanya dengan semata-mata menghambakan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala itulah, maka manusia akan bisa hidup bahagia dunia dan akhirat;  bebas dari penindasan  antar sesama; bebas dari belenggu perbudakan setan. Memberantas korupsi itu sangat penting! Tetapi, memberantas kemusyrikan lebih penting lagi! Cukup sandang pangan dan papan itu harus, tetapi selamat iman,  wajib lebih dipentingkan. Sebab, tanpa iman, amal tiada nilainya, laksana fatamorgana yang tiada berharga. (QS 24:39).

Kita camkan benar peringatan al-Quran:
وَلاَ تَهِنُوا وَلاَ تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Jangan merasa hina dan jangan berduka! Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kalian mukmin!” (QS ali Imron [3]:139).

Umat Islam adalah ummatur-risalah. Kita mendapatkan amanah dari Allah Subhanahu Wata’ala. Kita kibarkan panji Tauhid, meski banyak yang enggan melirik, bahan ada yang sinis dan mencibirnya.  Kita pilih pemimpin terbaik, yang kita percayai memiliki ilmu dan pribadi unggul yang mampu memimpin dan membawa negeri ini kepada keberkahan Ilahi; pemimpin yang tawadhu’, tidak angkuh, tidak jumawa, ikhlas panca indera dan akalnya dipadukan dengan panduan wahyu Allah Subhanahu Wata’ala.

Perjuangan mengemban misi suci tidak pernah terlambat.  Kita mulai melangkah di tahun 2014 ini. Kita percaya, para politisi dan partai Islam juga merindukan dan mencitakan hal yang sama dengan kita semua. Kita mencitakan negeri kita menjadi negeri aman sejahtera, adil dan makmur, di bawah naungan ridha Ilahi.

Karena itu, bismillahirrahmanirrahim... dengan berusaha sekuat-kuatnya mengikhlaskan niat karena ibadah kepada Allah, kita bersihkan hati kita…  kita gaungkan sekeras-kerasnya dalam hati,  dan kita pancarkan gelombang kebenaran abadi sekuat-kuatnya melalui lisan kita:  SELAMATKAN INDONESIA DENGAN AL-QURAN!  Semoga dengan itu negeri kita berhak mendapatkan kucuran berkah Allah dan dijauhkan dari azab dan bencana. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!*

/Depok,  26 Maret 2014

Penulis adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan hidayatullah


posted by @Adimin
Share this article :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PKS Padang - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger