JAKARTA - Dukungan Partai Demokrat kepada pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, dinilai menambah energi bagi pasangan nomor urut satu itu. Hal demikian menurut Kepala Riset Indonesia Research Centre (IRC), Yunita Mandolang.
Maka dari itu, dia meyakini bahwa pasangan Prabowo-Hatta mampu mengungguli pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) di Pilpres 2014 nanti.
Hal itu terkait dengan bergabungnya para tokoh-tokoh penting Partai Demokrat terhadap Prabowo-Hatta.
"Karena sudah mengantongi suara parpol sebesar 59,12 persen, dari sebelumnya sebesar 48,93 persen. Poros Jokowi-JK tetap sebesar 40,88 persen," ujar Yunita dalam keterangan resminya, di Jakarta, Kamis (5/6/2014).
Lebih lanjut Yunita menjelaskan, dengan menghitung elektabilitas para capres pada masing-masing partai koalisi yang masuk kedalam kubu Prabowo-Hatta, maka didapatkan hasil bahwa Prabowo-Hatta unggul dengan 47,9 persen dan Jokowi-JK sebesar 42,7 persen.
Prediksi perhitungan tersebut, sambung dia, diperoleh dengan menggabungkan elektabilitas para capres yang diusung oleh masing-masing partai dalam koalisi, bukan terhadap perolehan suara parpol.
"Misalnya, elektabilitas dalam kategori Koalisi Gerindra menggabungkan elektabilitas Mahfud MD, Gita Wirjawan, dan capres-capres lainnya yang pernah diusung oleh parpol. Demikian juga dengan kategori Koalisi PDIP yang menggabungkan elektablitas Surya Paloh dan capres-capres dari anggota partai koalisi," terangnya.
Dirinya menuturkan, Perolehan suara Prabowo-Hatta sendiri sebelum koalisi terbentuk terpaut lebih dari 10 persen dibanding Jokowi. Karena, dukungan pada Jokowi sudah jauh-jauh hari mencapai angka maksimal berkat popularitasnya yang merambah ke lintas partai dan akan sulit meningkat lagi.
"Hal ini hampir menjadikan sumbangan dukungan dari partai-partai koalisi PDIP tak begitu berarti. Sebaliknya bagi Prabowo-Hatta, tren dukungan meningkat apalagi setelah Demokrat bergabung," ucapnya.
Yunita menambahkan, perolehan dua digit, Partai Demokrat itu menunjukan kuatnya kepemimpinan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dan figur SBY bisa memperkuat keterpilihan Prabowo-Hatta.
"Kharisma SBY menjadi modal mengikat separuh konstituen untuk tetap loyal," katanya.
Sekadar informasi, Metode Survey IRC tersebut dilakukan dengan mewawancara 4108 pemilih di 2100 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di seluruh Indonesia, dengan distribusi 50 persen laki-laki, 50 persen perempuan.
Kemudian 50 persen berumur dibawah 35 tahun dan 50 persen di atas 36 tahun, pada 9 April 2014. Responden dalam survei ini dipilih secara acak sistematis.
posted by @Adimin
Post a Comment